REPUBLIKA.CO.ID,TANGERANG--PT Angkasa Pura II selaku pengelola Bandara Internasional Soekarno-Hatta mengumumkan hasil audit khusus terkait padamnya listrik bandara pada Jumat (6/8) pekan lalu. Audit yang dilakukan bersama PLN ini menyimpulkan terdapat gangguan pada instalasi listrik bawah tanah di taxi way (jalan penghubung landasan dengan apron/parkir pesawat).
Menurut keterangan Senior Manager Fasility Bandara Soekarno-Hatta, Prijono Wodjo, penyebab padamnya listrik bandara yang terjadi sekitar pukul 04.00 WIB pagi secara umum disebabkan karena terjadinya kedipan listrik (ficker) selama 1,7 detik. Menurutnya, setelah menelusuri seluruh sistem kelistrikan bandara, kedipan listrik tersebut terjadi karena adanya hubungan arus pendek pada kabel bawah tanah di sekitar taxi way bandara.
''Karena kabel tersebut korslet, UPS (Uninteruptable Power Supply) atau alat anti kedipan listrik tidak berfungsi,'' kata Prijono kepada para wartawan, Jumat (13/8).
Prijono membantah dugaaan bahwa sistem pemeliharaan kelistrikan di bandara tidak maksimal. Menurutnya, terjadinya arus pendek atau korslet kabel listrik tersebut bisa terjadi tanpa bisa diguga sebelumnya.
Prijono mencontohkan, pemeliharaan jaringan listrik bandara dilakukan rutin dalam hitungan hari, mingguan, bulanan, dan tahunan. Bahkan, ia mengatakan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan seluruh peralatan operasional bandara seperti listrik, navigasi, penerangan, dan lainnya, sebanyak Rp 1,5 miliar per tahun.
Namun, Prijono tidak membantah bahwa sebagian besar sistem instalasi listrik di bandara sudah usang. Menurutnya, sekitar 20 hingga 30 persen instalasi listrik yang digunakan masih sama saat bandara pertama kali dibangun pada tahun 1984. Idealnya, Prijono melanjutkan, usia instalasi listrik tidak melebihi 25 tahun.