REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Inisiator hak angket Bank Century dari Partai Hanura Akbar Faizal kecewa dengan sikap anggota DPR Maruarar Sirait yang tidak bersuara sama sekali saat pemilihan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution.
"Sejujurnya saya kecewa dengan Ara (panggilan Maruarar Sirait) yang tidak bisa bertahan dan tidak ngotot untuk menentang Darmin sebagai gubernur Bank Indonesia," kata Akbar di Jakarta, Rabu. Karena kecewa, Akbar menghubungi langsung Maruarar malam saat pemilihan. Dirinya mempertanyakan sikap Muararar yang terlihat tidak konsisten dalam memperjuangkan kasus Bank Century.
"Malam pemilihan, saya telepon dia. Saya katakan, tidak bisa seperti ini, anda berbeda saat di pansus hak angket. Dia (Ara) merasa dongkol kepada saya malam itu. Dia bilang kalau saya meragukan komitmennya untuk menuntaskan kasus Bank Century," cerita Akbar.
Namun demikian, dirinya bisa memahami apa yang dilakukan oleh Maruarar tersebut.
"Jadi mungkin Ara tunduk pada fraksi yang telah memilih Darmin," kata Akbar. Akbar mengatakan, ia sempat bertemu dengan Maruarar. "Maruarar bersumpah dan dirinya, istri dan anak-anaknya akan masuk neraka kalau ada dana yang mengalir atau ada transaksi ke dirinya terkait pemilihan Darmin," ujar politisi Hanura itu.
Inisiator hak angket Bank Century lainnya seperti Muhammad Misbakhun dan Lily Wahid juga merasa kecewa terhadap Maruarar Sirait. Kekecewaan Misbakhun itu melihat kenyataan saat pemilihan gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution, Maruarar tidak konsisten dengan perjuangannya seperti saat menjadi anggota Pansus hak angket Bank Century. "Saya kecewa dengan Maruarar. Dia terkesan pragmatis dan ideologi kebenarannya sudah hilang," kata Misbakhun.
Politisi PKS itu menambahkan, Maruarar Sirait yang begitu vokal saat menjadi anggota Pansus, tak berdaya saat pemilihan Darmin Nasution. Bahkan, saat malam pemilihan, Maruarar tak mengeluarkan sepatah katapun. "Pemimpin muda seperti Ara (Maruarar) yang semula diharapkan, tak lebih dari seorang yang pragmatis. Apakah pemimpin seperti itu yang diharapkan bangsa ini ke depan," cetus Misbakhun.
Ia menenggarai, ada sesuatu di balik semua itu, namun dirinya tidak mau menuduh. "Biarlah masyarakat yang menilai," katanya singkat. Lily Chadidjah Wahid bahkan lebih keras lagi mengecam Maruarar. "Memangnya Ara itu nggak baca hasil rekomendasi Pansus yang dihasilkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 3 Maret 2010. Di situ, jelas Darmin bersalah," kecam Lily Wahid.