Selasa 10 Aug 2010 06:11 WIB

AJI Surabaya Bentuk LBH Pers

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Cabang Surabaya bersama beberapa advokat dan akademisi mendeklarasikan berdirinya Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers Surabaya, Senin.

Deklarasi yang digelar di Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga (Unair) itu diawali dengan diskusi dan bedah buku "Riset Peradilan Pers" yang diterbitkan oleh LBH Pers Jakarta "Pendirian LBH Pers Surabaya itu bertujuan memperjuangkan kebebasan berekspresi serta hak atas informasi," kata Sekretaris AJI Surabaya Andreas Wicaksono.

Dalam surat elektronik kepada ANTARA, ia mengatakan LBH Pers juga akan membela harkat, martabat, kesejahteraan, dan hak berserikat para jurnalis serta pekerja pers. "Kami berharap LBH Pers bisa bermanfaat bagi media, para jurnalis, dan juga bagi masyarakat yang berhak memperoleh informasi yang mereka butuhkan," katanya.

Selain para pegiat (aktivis) AJI Surabaya, beberapa nama advokat tertera dalam tanda tangan pada deklarasi pendirian LBH Pers Surabaya itu, di antaranya Edward Dewaruci, Athoillah, Eddy Pranjoto, dan Arif Budi Santoso, sedangkan dari akademisi ada Herlambang Perdana (FH Unair).

Advokat yang juga aktif di KPU Surabaya Edward Dewaruci berharap berdirinya LBH Pers Surabaya turut memperkuat peranan pers dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

"Pers yang kuat dibutuhkan sebagai salah satu pilar demokrasi di Indonesia. Pers harus mampu menjawab tantangan di tengah tantangan arus globalisasi dan kapitalisasi yang juga terjadi di Indonesia," katanya.

Pengacara muda yang juga alumni Unair itu menilai LBH Pers Surabaya ke depan harus menjadi salah satu tonggak gerakan untuk melindungi profesi jurnalis dalam melaksanakan tugas dalam melaksanakan fungsi kontrol.

Senada dengan itu, Herlambang Perdana mengapresiasi inisiatif AJI dalam mendorong dan merancang pendirian LBH Pers di Surabaya, karena AJI juga telah mendorong lahirnya LBH Pers di Jakarta dan Padang. "LBH Pers kian dibutuhkan untuk melindungi jurnalis karena tren kekerasan terhadap jurnalis yang kian tinggi akhir-akhir ini," kata peneliti tentang pers untuk program doktornya di Universitas Leiden Belanda itu.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement