Senin 09 Aug 2010 03:51 WIB

Wamentan Optimistis Produksi Padi Naik

Rep: Zaky Al Hamzah/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,KARAWANG -- Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Bayu Krisnamurti memprediksi produksi padi nasional tahun ini mengalami kenaikan 2,5-3 persen dibanding tahun lalu. Menurutnya, secara presentase pertumbuhan kenaikan rata-rata produksi padi nasional tak sama dengan tahun-tahun sebelumnya di kisaran 3-4 persen atau dibawah lima persen.

''Tapi, dibanding tahun lalu, produksi padi tahun ini tetap lebih baik sekitar 2,5-3 persen,'' ujarnya di sela acara Sekolah Lapang Media Dupont Indonesia di Kampung Parakan Mulya, Kecamatan Tirta Mulya, Karawang, Ahad (8/8).

Selama tiga tahun terakhir, sejak 2008 hingga 2010, produksi padi masih menggembirakan. Terjadi pertumbuhan produksi yang nyata sebesar 4,49 persen. Pada periode tersebut terjadi surplus beras berturut-turut 2,367 juta ton pada 2008 dan surplus 3,895 juta ton pada 2009.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka ramalan II (Aram II) produksi padi di 2010 mencapai 1,17 persen atau 751.870 ton dibandingkan produksi padi 2009 sehingga mencapai 65,15 juta ton gabah kering giling (GKG). Sedangkan produksi jagung pada 2010 diperkirakan meningkat 386.790 ton atau 2,19 persen dibandingkan pada 2009 atau mencapai 18,02 juta ton pipilan kering.

Ia memahami perubahan musim yang sering berubah dipastikan membuat petani di sejumlah daerah kebingungan. Pada awal tahun, iklim diperkirakan menghadapi El Nino ringan atau kering. Tenyata dari hasil pemantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan di Indonesia sekarang menghadapi musim La Nina (basah). Kondisi ini, menurutnya, tentu dapat berdampak terhadap sistem produksi pertanian di Tanah Air. ''Ini perlu perhitungan yang tepat. Jangan sampai tanam padi, ternyata tak turun hujan,'' ujarnya.

Untuk mengantipasi perubahan musim yang tak menentu tersebut, Bayu mengingatkan kepada petani agar menanam tanama palawija, seperti jagung, kedelai, maupun tanaman lain. Untuk jagung, dinilai relatif mudah, karena tak membutuhkan air yang banyak. Apalagi sudah tersedia benih jagung hibrida berbagai varietas.

Berbeda dengan kedelai, meski di awal masa tanam tak terdapat hujan, namun jika ditengah masa pertumbuhan ternyata hujan turun, maka hasil panen tidak maksimal. Harga jual kedelai juga masih dibawah harga jual jagung.

Selain untuk kebutuhan domestik, komoditas jagung sudah diekspor ke sejumlah negara, seperti Malaysia, Korea Selatan dan Jepang. ''Jadi, menurut saya menanam jagung di sela-sela masa tanam padi yang sampai dua kali, tentu menguntungkan bagi petani, bagi bagi unsur hara tanah maupun dari aspek perekonomian petani itu sendiri,'' jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement