REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR--Wakil Presiden Boediono meminta agar wartawan bekerja dengan professional, bukan dengan transaksional. Tujuannya, agar dalam waktu kedepan, integritas wartawan tidak diragukan. Hal itu dianggap Wapres penting bagi seseorang yang ingin menempuh karier. “Saya ingin (seperti itu) paling tidak (wartawan yang pos-nya) di kantor Wapres,” kata dia saat menutup acara silaturahmi Wapres dengan wartawan di Istana Bogor, Sabtu (7/8).
Pasalnya, menurut Boediono, integritas semacam itu akan membuahkan kepercayaan (trust), dan hal itu merupakan aset yang luar biasa. “Pengalaman hidup saya jauh lebih panjang, dan trust itu sangat penting,” tegasnya.
Sementara, lanjut dia, untuk memupuk trust, intinya adalah menguatkan integritas, dan memegang kejujuran pada hal-hal yang dikatakan dan yang dilakukan. “Ini nasehat orang tua. Saya ingin suasana di kantor wapres dijaga agar adik-adik bisa menjadi jurnalis yang handal,” katanya. Yakni jurnalis dengan integritas yang tidak diragukan lagi, tajam, dan bisa mengontrol banyak hal.
Demikianlah, impian Wapres pada wartawan. Sebab, katanya, pilar keempat demokrasi adalah pers, Hal itu diyakininya secara total dan bukan basa-basi. Peranan jurnalis, menurut dia, sangat penting untuk masa depan sistem demokrasi Indonesia. Karena, lanjutnya, berjalannya demokrasi sangat bergantung pada informasi yang lancar dari bawah ke atas, atas ke bawah. juga dari samping.
Sementara, informasi menjadi bernilai jika ada mutunya, dan ada kebenaran di dalamnya. “Saya harap tugas dan peran ini jangan dilupakan,” kata dia.
Apalagi, ia mengingatkan, kalau informasi yang terlempar ke masyarakat rusak, maka akan merusak seluruh sistem, bukan hanya satu atau dua orang saja. Maka, ia kembali menekankan bahwa peran jurnalis merupakan peran besar.
Intinya, kata dia, dalam suasana tak sempurna. Ia sendiri memahami bahwa kini, ada ketidakseimbangan di dunia jurnalistik yang berasal dari bermacam-macam alasan. ”Apakah itu pemodal, atau pihak yang memiliki kepentingan,” kata dia. Namun demikian ia yakin bahwa kalangan pers tidak vakum. Kebebasan pers yang kini sudah berjalan, menurutnya, harus tetap dijalankan sesuai konteksnya sebagai pewarta.