REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Panglima Komando Operasi I TNI Angkatan Udara (Pangkoopsau), Marsekal Muda TNI Eddy Suyanto, mengatakan, penambahan skuadron tempur di wilayah barat, masih terkendala ketersediaan anggaran. Padahal, kata Eddy, penambahan skuadron udara tempur di wilayah tersebut mendesak dilakukan.
"Jika dilihat secara geopolitik, wilayah barat RI rawan dengan berbagai ancaman," ujar Eddy di Jakarta, Kamis (24/6). "Seperti wilayah perbatasan Indonesia, termasuk di Selat Malaka yang padat dengan lalu lintas pelayaran niaga dunia," imbuh dia.
"Ya kita maksimalkan skuadron tempur yang sudah ada dulu, meski menghadapi keterbatasan, bukan berarti kita tidak melakukan apa-apa. Tetapi kajian untuk penambahan juga kita lakukan terus," tuturnya. Koopsau I yang bermarkas komando di Jakarta menaungi 19 pangkalan udara atau lanud, tiga detasemen, dan 40 pos TNI AU. Wilayah tanggungjawabnya membentang dari Sabang hingga sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Jawa Tengah.
"Sebagian wilayah barat Ri berbatasan dengan negara lain, seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan Kamboja. In merupakan potensi kerawanan atau ancaman tersendiri," ungkapnya. Eddy menambahkan, "Skuadron udara tempur wilayah barat RI, saat ini baru ada di Pangkalan Udara Supadio, Pontianak dan Pangkalan Udara Pekanbaru, Riau dengan pesawat jenis Hawk 100/200."