REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Produk halal di Indonesia diyakini akan menjadi trend setter dunia. Oleh karena itu, pengembangan produk halal harus lebih ditingkatkan. Hal ini disampaikan oleh Dirjen Bina Masyarakat Islam Kementerian Agama, Nazaruddin Umar kepada wartawan dalam acara technical meeting Islamic Festival & Halal Expo 2010 di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (23/6).
Pada kesempatan itu, Nazaruddin menyebut kesadaran labelisasi halal di Indonesia masih sangat rendah. Hal itu sangat berbeda dengan kondisi di negara-negara lain. Dia menyebutkan, terdapat tiga negara bagian di Amerika Serikat, Illinois, New Jersey, dan Los Angeles, yang memperhatikan produksi permen karet. Dari hasil penelitian di AS, Nazaruddin menambahkan, hampir semua jenis permen karet mengandung unsur haram.
Selain itu, dia mencontohkan lingkungan di Singapura yang memperhatikan perihal labelisasi halal. "Kalau di negara kita, masih banyak restoran yang tidak ada label halalnya," tuturnya. Ketika memasuki mal-mal dan pusat perbelanjaan, sudah terdapat brosur panduan produk halal.
Sementara itu, penyelenggara Islamic Festival & Halal Expo 2010, M Sukur Sakka mengatakan terdapat beberapa negara yang mengikut festival ini. Dia menyebut, beberapa negara seperti Amerika Serikat, Australia, Iran, Malaysia, dan beberapa negara timur tengah. "Yang sudah konfirm Iran dan Malaysia."
Penyelenggaraan festival ini adalah yang pertama kalinya. Tak kurang pihaknya telah menyiapkan sebanyak 250 stan pameran. "Kita targetkan 150 stan untuk produsen lokal," jelas Sukur. Festival ini pun tidak hanya diberikan kepada produsen muslim saja. "Untuk produsen non muslim yang ingin berpartisipasi silakan, asal produk yang ditawarkan adalah produk halal."
Dari berbagai jenis produk, terdapat beberapa produk halal yang diyakininya akan mendapat apresiasi tinggi masyarakat. Antara lain adalah produk ekonomi syariah, makanan, kosmetik, dan busana muslim.
Dia berharap, dengan acara ini masyarakat sadar akan produk halal. Untuk para produsen, agar tidak ada niat untuk membohongi masyarakat. "Jangan sampai ada produk yang mengandung zat-zat yang tidak halal dan tidak disampaikan kepada masyarakat," tuturnya.
Pembukaan festival tersebut menurut rencana akan dilakukan pada 5 Agustus. "Kalau bisa dibuka oleh Presiden atau Wakil Presiden," harapnya. Selain itu, dia juga merencanakan akan membuat kegiatan serupa tiap tahunnya. "Kalau bisa, nanti kita buat di masing-masing ibu kota provinsi dan di kabupaten-kabupaten."