Selasa 15 Jun 2010 03:21 WIB

Muhammadiyah Butuh Pemimpin Perempuan

Rep: C13/ Red: Budi Raharjo
Muhammadiyah
Muhammadiyah

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kepemimpinan seorang perempuan dalam tubuh Muhammadiyah kini dibutuhkan. Semenjak berdiri seabad tahun lalu, tak satupun tokoh perempuan Muhammadiyah maju sebagai ketua PP Muhammadiyah.

''Kalau tak bisa ketua umum, ketua saja tidak apa-apa,'' ujar Ketua International Center for Islam and Pluralism, M Syafi'i Anwar, kepada wartawan seusai acara seminar nasional Satu Abad Muhammadiyah di Kampus UMJ, Ciputat, Senin (14/6).

Dia mengatakan, saat ini banyak bertebaran tokoh-tokoh perempuan Muhammadiyah yang berkualitas. ''Banyak tokoh perempuan Muhammadiyah yang bergelar profesor, doktor,'' jelasnya. Oleh karena itu, seharusnya peran perempuan harus lebih diberi porsi yang lebih tinggi.

Aisyiah yang menjadi organisasi di bawah Muhammadiyah, seharusnya lebih ditingkatkan kualitasnya. Aisyiah yang berperan dalam pemberdayaan kaum perempuan, ibu, dan anak, adalah salah satu sumber kekuatan lain dari Muhammadiyah. Dengan memberdayakan tokoh-tokoh perempuan, hal itu dinilainya selaras dengan Millenium Developement Goals (MDGs) mengenai pengarusutamaan gender.

Selain itu, Syafii juga menengarai peran Muhammadiyah yang tak pernah lepas dari panggung politik. Dia mencontohkan seorang Buya Maarif, panggilan Syafi'i Maarfi, mantan ketua umum PP Muhammadiyah yang kerap menjalankan politik yang dinamakan politik inklusif. Politik tersebut, ujarnya, bertujuan untuk menunjukkan keislaman seorang Buya Hamka dengan percaya diri. Dalam pelaksanaanya, Syafi'i mengatakan, Buya menjadikan Bung Hatta sebagai anutannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement