REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Perwakilan 190 kepala desa dari Kabupaten Sragen melaporkan soal demonstrasi di daerahnya kepada Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Demonstrasi tersebut dikeluhkan karena sudah mulai mengarah pada tindakan anarkis.
''Kami ke Jakarta untuk menyampaikan aspirasi masyarakat Sragen yang pada dasarnya tidak setuju adanya demonstrasi,'' ujar salah seorang perwakilan kepala desa, Sumarsono, di Kemendagri, Jakarta, Jumat (21/05).
Menurut Sumarsono, beberapa waktu yang lalu telah terjadi demonstrasi besar di Sragen yang mengarah pada pembakaran atribut-atribut tertentu dan mulai bersikap anarkis. Demonstrasi itu berakhir ricuh. Banyak pihak yang mengklaim demonstrasi itu diikuti oleh ribuan orang. Semua menuntut diturunkannya Bupati Sragen yang sedang menjabat, Untung Wiyono.
Demonstran menuduh telah terjadi praktek kolusi, korupsi, dan nepotisme dalam pemerintahan. Serta ijazah palsu yang digunakan bupati itu ketika mencalonkan diri lagi 4,2 tahun yang lalu. ''Tapi kami ingin laporkan bahwa demonstarsi itu hanya sebagian kecil saja yang dari Sragen. Justru lebih banyak dari luar daerah,'' ungkap Sumarsono.
Sesuai dengan pengamatannya, justru sebagian besar warga Sragen masih mendukung bupati yang sedang menjabat. Bahkan, kata Sumarsono, sebagian besar masyarakat sebenarnya sudah mulai geram dengan kelakuan para demonstran. Sehingga jika kepala daerah tidak segera bertindak, justru akan terjadi bentrok. ''Kami khawatir akan ada konflik hiorizontal di masyarakat. Warga sudah jengkel sebenarnya, untung masih bisa dikendalikan kepala desa,'' ujarnya.