REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Kasus bayi di bawah umur lima tahun (balita) yang memiliki gizi buruk masih mengkhawatirkan di Jawa Barat. Meski jumlah balita gizi buruk pada 2009 relatif kecil, namun jumlah balita yang terancam gizi buruk cukup banyak.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Alma Lucyati, mengakui hal itu. Menurut data yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada 2009, jumlah balita dengan gizi buruk sebesar 0,93 persen atau 30.930 anak.
''Jumlah balita gizi buruk di Jawa Barat memang jauh di bawah rata-rata nasional sekitar 20 persen. Akan tetapi, balita yang berpotensi mengalami gizi buruk cukup tinggi. Pada data tahun 2009, balita di Jawa Barat yang mengalami gizi kurang sebanyak 10,09 persen atau 334.491 anak,'' ungkap Lucy kepada Republika beberapa waktu lalu.
Menurut Lucy, wilayah di Jawa Barat yang memiliki balita gizi kurang dan buruk tertinggi terdapat di Cirebon. Balita dengan gizi kurang sebanyak 26.555 anak atau 15,45 persen dan 3.742 anak atau 2,18 persen yang menderita gizi buruk.
''Daerah di pantai utara (pantura) Jawa, memang tingkat perekonomian masyarakatnya masih rendah. Kabupaten Cirebon ternyata masih memiliki permasalahan dalam penanganan kasus balita gizi kurang dan buruk,'' papar Lucy sambil memperlihatkan kertas yang berisi data-data tersebut.
Lucy memaparkan, permasalahan gizi tidak selalu identik dengan kemiskinan. Menurutnya, setiap orangtua harus memiliki strategi dalam mengupayakan ketahanan pangannya. Misalnya, ia mencontohkan, bila memiliki pekarangan kecil dapat dijadikan kebun sayur-sayuran.
''Dari sayur-sayuran yang ditanam dapat diberikan kepada anak-anaknya. Untuk kebutuhan daging, ceker (kaki ayam) dan kepala juga bisa menjadi makanan. Selama ini, kita memiliki salah persepsi yang selalu mengkaitkan permasalahan gizi dan kemiskinan,'' jelasnya.