REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Mantan Presiden Polandia, Lech Walesa, mengatakan, demokrasi di berbagai negara khususnya di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia, masih harus dipercepat. "Demokrasi di Indonesia khususnya mengalami kemajuan, namun masih perlu dipercepat," kata Walesa dalam ceramahnya di hadapan civitas akademika Universitas Paramadina Jakarta, Rabu.
Rektor Universitas Paramadina, Anis Baswedan Ph.D, Duta Besar Polandia untuk Indonesia, Tomasz Lukaszuk, dan Direktur Pascasarjana Paramadina (PGS), Dinna Wisnu Ph.D, termasuk di antara mereka yang hadir dalam ceramah tersebut. Jika seseorang belajar berenang melalui buku dan langsung mempraktikkannya di kolam renang yang dalam, menurut dia, orang tersebut diyakini akan tenggelam.
Dikatakannya, untuk dapat berenang orang perlu berlatih di tempat yang dangkal dahulu dan mempunyai pelatih kalau tidak mau tenggelam.
Lebih jauh Walesa yang pernah meraih Hadiah Nobel Perdamaian pada 1983, mengatakan dalam demokrasi harus ada undang-undang dan hukum, rakyat merasakan arti demokrasi dan keamanan pekerjaan. Ia memberikan contoh demokrasi yang diberlakukan di Irak pascapenggulingan Saddam Hussein oleh pasukan Amerika Serikat dan sekutunya. "Kita mendengar kekerasan dan pembunuhan terjadi setiap hari di Irak," ujar Walesa yang menjadi presiden pada 1990-1995.
Pada bagian lain ia juga menyinggung sejarah dan peran serikat buruh di Polandia ketika negara Eropa itu masih berada di bawah rezim komunis. Walesa yang kini berusia 67 tahun pernah bekerja sebagai buruh di galangan kapal Gdansk, di tepi Laut Baltik pada masa mudanya hingga ia memimpin serikat buruh independen "Solidarnosc" (solidaritas).
Saat itu rezim komunis berkuasa sesudah Perang Dunia Kedua dan Uni Soviet menempatkan tentaranya di Polandia. Di Gdansk, Gdynia dan Szczecin terjadi penembakan terhadap buruh yang memberontak menentang kenaikan harga bahan pangan yang diberlakukan pemerintah komunis. Pemogokan dan unjuk rasa berlangsung meluas. Sedikitnya 39 buruh meninggal dan ratusan luka-luka ketika pasukan pemerintah berusaha memadamkan aksi tersebut. "Banyak yang bersimpati kepada Solidarnosc dalam waktu singkat anggotanya jadi 10 juta orang dari sekitar 40 juta penduduk Polandia," ujarnya.
Menurut dia, kunci dari keberhasilan perjuangan kaum buruh di Polandia adalah solidaritas di antara para buruh untuk memperjuangkan hak-haknya. "Kelompok pekerja harus bekerja sama dengan para majikan untuk menciptakan lingkungan kerja yang saling menguntungkan," kata Walesa yang humoris.
Selain demokrasi dan serikat pekerja, pendiri Institut Lech Walesa itu juga menyinggung peran wanita di Polandia pascakejatuhan rezim komunis. "Kaum wanita memiliki hak dan peluang yang sama dengan kaum pria. Apa yang kita akan lakukan tanpa wanita?" ujarnya.
Seusai ceramah itu Direktur PGS Paramadina Dinna Wisnu Ph.D. mengatakan kepada ANTARA bahwa Walesa telah memberikan pengalaman dan pelajaran berharga terutama bagi para buruh di Indonesia. "Kita lihat banyak organisasi serikat pekerja berdiri di Indonesia dan belum sekuat serikat buruh di Polandia seperti pada zamannya Walesa," ujarnya.
Untuk itu, kata Dinna, berbagai serikat pekerja di Indonesia perlu bersatu dan memperkuat posisi tawarnya.
Selama kunjungan 10-hari di Indonesia, Lech Walesa bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan anggota kabinet serta pejabat tinggi lainnya. Ia juga berceramah di beberapa perguruan tinggi di Jakarta. Ia dijadwalkan berkunjung ke Yogyakarta dan Bali sebelum kembali ke negerinya.