REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai melemahnya gelombang demokrasi dunia yang terjadi saat ini hanya sementara dan akan kembali bangkit sesuai keinginan rakyat di dunia. ''Saya yakin gejala ini hanya sementara, saya sungguh percaya democratic instinc di abad 21 jauh lebih besar dari democratic instinc di abad 20. Inilah yang saya rasakan di Indonesia dewasa ini,'' katanya saat membuka acara 'Presidential Lecture' dengan pembicara mantan presiden Polandia Lech Walesa di Istana Negara Jakarta, Rabu (12/5).
Dijelaskan Presiden, saat ini banyak yang memprediksi bahwa gelombang demokrasi dunia melemah. Dan di berbagai penjuru dunia terlihat indikasi ke arah itu. ''Kudeta militer, instabilitas politik, krisis konstitusional, polarisasi, radikalisme dan intoleransi, konflik berdarah, otoritarian baru, memang membuat orang merasa pesimistis terhadap prospek demokrasi,'' ujarnya.
Perkembangan dan tantangan demokrasi ke depan inilah, lanjut Presiden, yang akan disampaikan oleh Lech Walesa berdasar dari pengetahuan dan pengalamannya memimpin perubahan demokrasi di Polandia. Lech Walesa, menurutnya, merupakan tamu kehormatan penting Indonesia. Lech Walesa pernah menjabat Presiden Polandia pada 1990-1995, serta tokoh dan pejuang dunia aktivis pembela hak pekerja dan HAM.
Pada tahun 1993, Lech Walesa menerima anugerah Nobel perdamaian karena aktivitasnya dalam memperjuangkan hak kaum pekerja. ''Pada awalnya Lech Walesa adalah insinyur listrik yang memimpin serikat pekerja galangan kapal. Waktu itu dia sudah yakin akan kebebasan dan demokrasi, dan melawan kekuatan otorititarian dengan jalan damai,'' pujinya.
Hadir dalam Presidential Lecture ini, Wapres Boediono, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, Jaksa Agung Hendarman Supandji, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, dan Ketua BKPM Gita Wirjawan serta sejumlah pengamat ekonomi dan politik.