BANDUNG--Pemerintah Indonesia dianggap lamban mengawasi keamanan antariksa. Hal ini terkait dengan jatuhnya meteorit yang terjadi dua kali di tahun 2010, yakni Jakarta dan Malang dalam waktu yang berdekatan, tanpa ada pemberitahuan resmi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Demikian dikatakan Kepala Observatorium Bosscha dan ahli astronomi ITB, Hakim Luthfi Malasan. Menurutnya, Indonesia seharusnya telah mengembangkan teknologi stasiun spaceguard untuk mendeteksi benda-benda luar angkasa yang berpotensi akan jatuh di wilayah Indonesia.
''Keamanan antariksa sangatlah penting karena Indonesia memiliki wilayah yang luas dan dilalui garis Khatulistiwa. Penampang garis lintas Indonesia luas dan sangat besar kemungkinan untuk dijatuhi benda-benda luar angkasa, sehingga tidak kecolongan seperti yang terjadi di Jakarta dan Malang,'' kata Hakim kepada /Republika/, Ahad (2/5).
Hakim menyadari pengawasan dan pemetaan benda-benda angkasa, seperti meteor, sangat sulit. Selain letaknya yang acak, kecepatan jatuhnya juga sangat tinggi hingga tak terdeteksi. Paling tidak, lanjutnya, Indonesia memiliki sistem peringatan yang dapat mendeteksi adanya kemungkinan jatuhnya meteorit tersebut.
''Sudah banyak negara yang telah tanggap untuk membuat stasiun spaceguard. Saya dengar Indonesia juga akan membangunnya di Biak, Papua Barat, tapi belum terealisasi sampai sekarang. Padahal pembangunan stasiun tersebut tidak mahal,'' sesalnya.