MEDAN--Enam orang anggota teroris yang diamankan Anggota Sabhara Unit Patroli Polsekta Medan Kota dipastikan memiliki keterkaitan dengan berbagai aksi teror di Indonesia. Semuanya mempunyai hubungan dengan gembong teroris yang telah tewas asal Malaysia, Noordin M Top dan DR Azhari.
Para pelaku teror itu tertangkap setelah keluar dari persembunyiannya di Aceh dan berusaha mengatur strategi baru di kawasan Medan, termasuk berencana melarikan diri ke luar negeri.
''Para kawanan teroris itu masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) yang sangat dicari oleh Polri,'' tegas Wakil Kepala Polda Sumatera Utara, Brigjen Pol Syafruddin, kepada wartawan di Bandara Polonia Medan, Senin (12/4), sesaat setelah para pelaku teror tersebut dipindahkan ke Polda Aceh melalui penerbangan pesawat Susi Air.
Dijelaskannya, di antara keenam orang diduga teroris tersebut, Qomaruddin alias Abu Musa alias Mustagim alias Abu Yusuf alias Hafshoh, yang berperan sebagai Komandan pelatihan jaringan teroris di Aceh. ''Qomaruddin merupakan alumni Akademi Militer Al Jamaah Mindanao Filipina Selatan tahun 1998 sampai dengan 2004 dan terlibat kontak senjata dengan pasukan Densus 88 AT Mabes Polri di Aceh Besar, Lamkabue,'' jelasnya.
Sedangkan Pandu Wicaksono Widyan Putro alias Pandu alias Abu Asma dan Bayu Sena, kata Brigjen Syafruddin, juga ikut pelatihan di Aceh dan terlibat menyembunyikan Noordin M Top di Solo serta terlibat kontak senjata dengan Densus di Aceh Besar. ''Bayu alias Budi alias Rahmad alias Tono alias Seno ikut merencanakan dan merakit bom yang akan digunakan untuk mengebom Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kasus Jati Asih Bekasi),'' paparnya.
Sementara, Ibrohim alias Deni alias Suramto residivis pelaku bom Kedutaan Australia di Kuningan Jakarta dan Japar alias Lufti alias Upen alias Abu Musa juga residivis yang terlibat kasus bom Kedutaan Australia. ''Ibrohim dan Japar merupakan alumni Mahad Ali (Universitas Al Mukmin Ngeruki Solo). Japar juga pernah mengikuti kursus militer singkat, termasuk mencari dana untuk mendukung pelatihan di Aceh. Keduanya juga terlibat kontak senjata dengan Densus di Aceh Besar,'' kata Syafruddin.
Yusuf Arifin alias Rambo, kata Wakapolda, merupakan peserta pelatihan di Aceh dan terlibat pula kontak senjata dengan Densus di sana. Yusuf merupakan orang dekat DR Azhari. Sedangkan dua orang yang melarikan diri saat hendak ditangkap pada dinihari Ahad di Medan, identitasnya sudah diketahui, yakni Ali warga Aceh dan Daud alias Usman alias Gito warga Lampung.
''Lima dari enam yang diduga teroris tersebut sudah dibawa ke Polda Aceh untuk dilakukan pengembangan lebih lanjut. Sedangkan satu orang lagi, Yusuf Arifin alias Rambo masih dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumut, karena sakit,'' ujar Syafruddin.