Ahad 14 Mar 2021 16:22 WIB

Setelah Pesantren, Muncul Klaster Sekolah di Tasikmalaya

Siswa yang terkonfirmasi positif adalah mereka yang tinggal di asrama

Rep: Bayu Adji P/ Red: A.Syalaby Ichsan
Pasien COVID-19 yang telah sembuh meninggalkan Rumah Sakit Lapangan Kogabwilhan II Jalan Indrapura, Surabaya, Jawa Timur, Ahad (14/3/2021). Rumah sakit yang diresmikan pada Selasa (2/6/2020) tersebut sampai saat ini telah berhasil menyembuhkan sebanyak 6.631 orang pasien COVID-19.
Foto: ANTARA/Didik Suhartono
Pasien COVID-19 yang telah sembuh meninggalkan Rumah Sakit Lapangan Kogabwilhan II Jalan Indrapura, Surabaya, Jawa Timur, Ahad (14/3/2021). Rumah sakit yang diresmikan pada Selasa (2/6/2020) tersebut sampai saat ini telah berhasil menyembuhkan sebanyak 6.631 orang pasien COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kasus Covid-19 di lingkungan pendidikan di Kota Tasikmalaya masih terus terjadi. Kali ini, mucul klaster penyebaran Covid-19 di salah satu lingkungan sekolah di wilayah Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra mengatakan, kasus itu bermula dari seorang guru yang mengalami gejala demam, batuk, dan pilek, tapi tetap memaksakan pergi ke sekolah. Setelah dites, guru tersebut ternyata terkonfirmasi positif Covid-19.

"Itu terus menyebar ke TU sekolah, lalu ada kegiatan dan menyebar ke guru yang lain. Selanjutnya, ternyata juga ada siswa dua orang, termasuk kepala sekolah positif terkonfirmasi," kata dia saat dihubungi Republika, Ahad (14/3).

Ia menjelaskan, hingga saat ini sudah sekitar 50 orang di lingkungan sekolah itu yang menjalani tes usap (swab). Secara total, terdapat 20 orang yang terkonfirmasi positif dari lingkungan sekolah itu. Dua orang di antaranya merupakan siswa, sementara sisanya adalah guru dan karyawan sekolah lainnya.

Terkait adanya siswa yang terkonfirmasi positif, Asep mengaku belum mengetahui secara pasti penyebabnya. Berdasarkan keterangan pihak sekolah, lanjut dia, belum ada kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka di sekolah itu. 

"Di sana katanya belum tatap muka. Tapi kita juga bingung karena ada siswa yang terkonfirmasi. Kalau guru ke guru memang ada kegiatan kumpul," kata dia.

Kemungkinan, lanjut dia, terdapat siswa yang kebetulan datang ke sekolah untuk menyerahkan tugas. Sebab, sekolah itu merupakan sekolah kejuruan. 

"Karena ini kan sekolah kejuruan, yang memang ada praktik. Itu kan tidak bisa diemail. Tapi kita masih belum berani berspekulasi apakah sudah tatap muka atau belum, karena siswa hanya dua yang terpapar," kata dia.

Ia mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait penyebab menularnya Covid-19 ke siswa di sekolah itu. Apalagi, di sekolah itu terdapat asrama siswa. "Apakah ada siswanya tinggal di asrama, kita belum mendapatkan informasi secara utuh. Kita masih perdalam," ujar dia.

Asep menambahkan, dari total 20 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 dari sekolah itu, sebanyak 14 orang dirawat di Rumah Sakit (RS) Dewi Sartika. Sementara itu, empat orang pulang ke daerah masing-masing dan sisanya guru menjalani isolasi mandiri.

Menurut dia, mayoritas dari kasus terkonfirmasi di sekolah itu berstatus sebagai orang tanpa gejala (OTG). Namun, ada satu dua yang mengalami gejala demam, batuk, dan pilek.

Kepala Puskesmas Tamansari, Mohammad Ali Syaban mengatakan, sekolah tersebut belum menggelar KBM tatap muka. Siswa yang terkonfirmasi positif adalah mereka yang tinggal di asrama itu. 

"Jadi memang belum tatap muka, tapi siswanya memang tinggal di asrama," kata dia.

Ia menerangkan, meski tinggal di asrama sekolah, para siswa tetap melakukan pembelajaran secara daring. Namun, karena sekolah kejuruan, tetap ada praktik yang harus dilakukan para siswa.

"Di asrama itu ada beberapa siswa, kita sudah tes semua. Yang positif hanya dua orang siswa. Sisanya guru dan pegawai sekolah," kata dia.

Berdasarkan catatan Republika, kemunculan kasus Covid-19 di lingkungan pendidikan di Kota Tasikmalaya bukan yang kali pertama terjadi. Sebelumnya, terdapat beberapa pondok pesantren yang menjadi klaster penyebaran Covid-19. Kasus di klaster pesantren menyebabkan santri yang terkonfirmasi mencapai ratusan. Namun, untuk klaster sekolah, kejadian kali ini merupakan yang pertama.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement