Selasa 01 Sep 2020 20:04 WIB

Perbaikan Hubungan TNI-Polri Harus Dilakukan Semua Lini 

Penyerangan Polsek Ciracas dan wilayah sekitarnya terjadi karena beberapa hal.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Agus Yulianto
Wartawan mengambil gambar salah satu mobil yang hancur di kawasan Ciracas, Jakarta.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Wartawan mengambil gambar salah satu mobil yang hancur di kawasan Ciracas, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perseteruan yang melibatkan anggota TNI-Polri, kembali terjadi. Untuk menyelesaikan persoalan yang berulang itu, sebenarnya sepele, tapi membutuhkan upaya di semua lini.

"Ini sebenar hal sepele yang membutuhkan upaya di semua lini. Artinya, pemimpin yang berintegritas harus mampu memberikan contoh," ujar Pengamat militer Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia, Beni Sukadis, melalui pesan singkat, Selasa (1/9).

Salah satunya, kata dia, ialah memberikan efek jera kepada para pelaku dan pemecatan hanya salah satu jalan saja. Hal yang lebih penting menurut Beni, yakni pembenahan pola pembinaan kepada prajurit.

"Pola pembinaan ke prajurit harus memberikan pemahaman yang membumi, dari seperti memberikan kesempatan pada yang berprestasi, berlaku adil pada anak buah dari semua pimpinan militer dan polisi," ujarnya.

Beni menilai, kejadian penyerangan Polsek Ciracas, Jakarta Timur, dan wilayah sekitarnya terjadi karena beberapa hal. Pertama, bisa jadi ada akumulasi keadaan dan ada ketidakpuasan soal situasi kesejahteraan pihak TNI karena Polri memiliki otoritas yang lebih besar saat ini.

"Yakni bahwa mereka dahulu memiliki akses ke ekonomi, dan sekarang berkurang. Artinya ada ketidapuasan soal situasi kesejahteraan, sehingga bisa jadi ada kecemburuan sosial terhadap Polri yang saat ini memiliki otoritas lebih besar dibanding TNI," kata dia.

Hal berikutnya, bisa juga karena kurangnya pengawasan dan pembinaan dari pimpinan dalam kesatuan karena satu dan lain hal. Bisa juga, kata dia, tidak ada keteladan dari pimpinan dalam tugas sehari-hari yang menyebabkan disiplin mereka turun sehingga melakukan tindakan di luar kepatutan tersebut.

"Dengan kata lain, seharusnya pimpinan kesatuan dan di atas punya keteladanan dalam mengayomi anak buah, dan anak buah tidak bisa terus disalahkan," ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement