Rabu 21 Feb 2024 12:21 WIB

Mandiri Investment Forum Kembali Digelar, Ini yang akan Dibahas

Acara melibatkan banyak investor dan pembicara dari dalam dan luar negeri.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Gita Amanda
Bank Mandiri bersama anak perusahaan Mandiri Sekuritas akan kembali menggelar Mandiri Investment Forum (MIF) 2024. (ilustrasi)
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Bank Mandiri bersama anak perusahaan Mandiri Sekuritas akan kembali menggelar Mandiri Investment Forum (MIF) 2024. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Mandiri bersama anak perusahaan Mandiri Sekuritas akan kembali menggelar Mandiri Investment Forum (MIF) 2024. Forum investasi tahunan ini, akan berlangsung selama lima hari, mulai dari 4 Maret 2024 sampai 8 Maret 2024.

Ada beberapa rangkaian acara meliputi Macro Day, Investment Day, Site Visit, dan Corporate Day. Macro Day akan diadakan pada 5 Maret 2024 secara hybrid, dengan perkiraan peserta mencapai lebih dari 20 ribu.

Baca Juga

Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Eka Fitria menjelaskan, MIF 2024 akan menjadi penyelenggaraan yang ke-13 dan menjadi wujud konsistensi Bank Mandiri dalam mendorong keran investasi di Indonesia. Acara tersebut, kata dia, melibatkan banyak investor dan pembicara dari dalam dan luar negeri. 

Mengusung tema Thriving Through Transition, MIF 2024 akan membahas berbagai isu strategis yang berkaitan dengan prospek ekonomi Indonesia di tengah tahun pemilu global atau super election year. “MIF kali ini membahas sumber-sumber pertumbuhan yang penting bagi Indonesia salah satunya sektor manufaktur dan pertanian,” ujar Eka dalam konferensi pers yang digelar virtual, Rabu (21/2/2024). 

Berdasarkan hasil riset Tim Ekonom Bank Mandiri, sektor manufaktur memiliki kontribusi yang terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hanya saja kontribusinya cenderung menurun dari kisaran 20 persen sebelum pandemi menjadi 18 persen. Maka, revitalisasi sektor manufaktur dinilai penting karena sebagian industri pada sektor ini dapat menghasilkan nilai tambah signifikan dan menyerap tenaga kerja yang cukup besar.

Sementara, pertanian merupakan sektor dengan kontribusi terbesar kedua pada pertumbuhan ekonomi. “Dengan risiko perubahan iklim yang semakin tinggi, ketahanan pangan menjadi isu yang penting untuk mencapai keberlanjutan ekonomi,” jelas Eka.

Tahun ini, sambungnya, MIF juga akan membahas mengenai tren terkini dalam digitalisasi yaitu perkembangan artificial intelligence (AI). Pesatnya teknologi AI menciptakan peluang efisiensi ekonomi namun juga menciptakan risiko tergantikannya beberapa jenis pekerjaan di mana dampaknya terhadap ekonomi perlu diantisipasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement