Jumat 01 Dec 2023 16:23 WIB

Tangani Demam Berdarah, DPRD Semarang: Sosialisasi Wolbachia Harus Masif

Penyebaran nyamuk ber-Wolbachia sudah berjalan baik di tiga kecamatan.

Petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) memasukkan pakan dan telur nyamuk yang sudah disuntikkan bakteri Wolbachia  (ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) memasukkan pakan dan telur nyamuk yang sudah disuntikkan bakteri Wolbachia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang, Jawa Tengah, mengingatkan sosialisasi penyebaran nyamuk ber-Wolbachia sebagai salah satu strategi penanggulangan demam berdarah dengue (DBD) harus digencarkan.

"Banyak yang belum paham juga, (sosialisasi) harus masif. Karena daerah lain ada penolakan. Di Kota Semarang alhamdulillah tidak ada (penolakan)," kata Ketua DPRD Kota Semarang Kadarlusman di Semarang.

Pilus, sapaan akrab Kadarlusman itu, bersyukur bahwa program penyebaran nyamuk Aedes aegypti yang telah disuntikkan bakteri Wolbachia itu sudah dilakukan di tiga kecamatan, yakni Tembalang, Banyumanik, dan Gunungpati.

Menurut dia, kemungkinan penolakan disebabkan adanya ketidakpahaman mengenai kebijakan tersebut sehingga masyarakat khawatir kalau ada dampak negatifnya, padahal sebenarnya tidak seperti itu.

"Makanya, perlu didorong karena program itu bagi masyarakat Kota Semarang untuk penanggulangan DBD. Artinya, butuh sosialisasi pemahaman mengenai Wolbachia," katanya.

Bahkan, kata dia, DPRD Kota Semarang siap mendukung dalam aspek penganggaran jika Pemkot Semarang, dalam kaitan ini Dinas Kesehatan ingin mengembangkan program itu.

"Semarang ini kan jadi percontohan ya. Kalau nanti dari dinas sudah dilakukan kajian, analisis, tinggal ajukan saja ke dewan. Kalau terkait masyarakat, kami tidak akan mempersulit (anggaran)," katanya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Semarang Niur Dian Rakhmawati menyebutkan penyebaran nyamuk ber-Wolbachia sudah berjalan baik di tiga kecamatan.

"Penolakan memang masih ada, tetapi masyarakat Kota Semarang terbuka terhadap informasi. Mereka tidak menerima karena tidak tahu, tetapi begitu diberitahu, diedukasi, masyarakat welcome," katanya.

Karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk tidak terkecoh dengan informasi-informasi negatif mengenai nyamuk ber-Wolbachia, sebab Wolbachia adalah bakteri alami yang hidup di serangga, seperti lalat buah, ngengat, dan capung.

"Kami melihat masyarakat Semarang sudah cerdas dalam meng-'counter' informasi negatif. Karena mereka sudah tahu manfaatnya sehingga tidak akan salah dalam mengambil informasi," katanya.

Kota Semarang terpilih sebagai salah satu dari lima kabupaten/kota yang menjadi proyek percontohan Penyelenggaraan Teknologi Nyamuk Aedes Aegypti Ber-Wolbachia.

Penetapan itu tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1341/2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue dengan Metode Wolbachia.

Pemkot Semarang telah meluncurkan Program Wolbachia Ing Kota (Wingko) Semarang pada akhir Mei lalu di Kecamatan Tembalang yang memiliki kontur padat penduduk, banyak pepohonan, dan genangan air.

Pada September lalu, 12 kelurahan di Kecamatan Tembalang telah tersebar nyamuk Wolbachia, menyusul di 11 kelurahan di Kecamatan Banyumanik pada 23 Oktober lalu, dan di 16 kelurahan di Kecamatan Gunungpati pada 21 November 2023.

Dengan keberhasilan di tiga kecamatan itu, Dinkes menargetkan penyebaran nyamuk ber-Wolbachia sudah menyasar seluruh wilayah di Ibu Kota Jawa Tengah pada tahun depan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement