Ahad 05 Nov 2023 07:56 WIB

Lewat Boikot, Kita tak Sekadar Buih di Lautan

Boikot ini juga tanda bahwa kita, yang masih memiliki hati nurani, untuk bersikap.

Aksi boikot produk Israel
Foto: Reuters
Aksi boikot produk Israel

REPUBLIKA.CO.ID, Ditulis oleh Wartawan Republika Ichsan Emrald Alamsyah 

Kita, semua Muslim, benar-benar buih di lautan. Banyak, terombang-ambing mengikuti air, dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Bahkan ketika Palestina, yang sebagian adalah Muslim, dibantai. Mereka muslim, saudara kita, sedang dihujani 12 ribu serangan bom, kita tidak berbuat apa-apa. 

Hanya saja, ada satu hal kecil yang bisa kita lakukan dan itu selemah-lemahnya tindakan. Langkah kecil itu adalah boikot. Mungkin, boikot jadi selemah-lemahnya tindakan yang bisa kita lakukan saat ini.

Hanya saja seperti halnya buih yang begitu banyak, tampaknya langkah boikot berdampak cukup besar, minimal bagi ekonomi Israel. Langkah boikot, yang dipelopori DBS (boikot, divestasi dan sanksi) Movement, menyasar produk Israel dan perusahaan yang ada di daerah pendudukan Palestina. Begitu juga menyasar bagi perusahaan, umumnya multinasional yang mendukung Israel. Lewat tagar #BDSMovement, warganet di seluruh dunia menyerukan aksi boikot.

Aksi moral, yang dipelopori aktivis Palestina Omar Barghouti, ini mengambil inspirasi langsung dari perjuangan anti-apartheid di Afrika Selatan dan gerakan hak-hak sipil AS, yang keduanya secara efektif menggunakan boikot. Aktivis anti-apartheid di Afrika Selatan, Uskup Agung Desmond Tutu, adalah pembela gerakan BDS yang bersemangat, dan menyebut persamaan antara apartheid di Afrika Selatan dan Israel sangat mencolok.

Salah satu yang ramai menjadi sasaran adalah McDonald's setelah sebuah lokasi di Israel menawarkan makanan gratis untuk militer. Beberapa di antaranya memboikot Starbucks setelah perusahaan tersebut menggugat serikat pekerjanya pada bulan ini atas akun media sosial serikat pekerja, yang mengunggah dukungan untuk warga Palestina.

Begitu juga dengan jaringan ritel Prancis Carrefour, yang menandatangani kemitraan dengan Electra Consumer Products dan anak perusahaannya Yenot Bitan tahun lalu, keduanya beroperasi di permukiman ilegal Israel.

Hasilnya memang sedikit terlihat dalam beberapa pekan ini, contohnya saham Starbucks turun menjadi 91,4 dolar AS per saham pada 12 Oktober. Nilai saham ini merupakan harga terendah sejak boikot dimulai. Kemudian saham McDonald's telah jatuh ke level terendah sejak 27 Oktober 2022.

Walau memang tidak semuanya mengalami penurunan saham, seperti saham Walt Disney ditutup melonjak sebesar 1,13 persen pada akhir Oktober 2023. Saham Coca-Cola juga berakhir naik sebesar 1,82 persen serta saham McDonald's menguat 0,78 persen.

Jalan damai

Menurut Ketua PBNU Bidang Keagamaan KH Ahmad Fahrurozi, upaya boikot adalah bagian perjuangan umat Islam dalam mendukung kemerdekaan Palestina, yakni dengan memberi tekanan ekonomi terhadap negara Zionis itu. Gus Fahrur menyebut langkah boikot juga menjadi jalan damai lewat tekanan ekonomi untuk melawan Israel.

Namun menurut Gus Fahrur, cara ini akan efektif apabila dilakukan secara masif oleh masyarakat internasional, tidak hanya Indonesia. Dengan demikian, ekonomi Israel akan tertekan dan negara apartheid itu mau tunduk pada seruan PBB untuk gencatan senjata.

Gus Fahrur menekankan, upaya pemboikotan produk-produk yang berafiliasi dengan Israel bukan berarti produk tersebut haram dipakai. Namun, melihat kekejaman dan kekejian negara itu terhadap rakyat Palestina, umat Islam sebaiknya menghentikan pembelian pada produk yang menjadi donatur kejahatan perang Israel. “Bukan berarti haram hukumnya, tapi sebaiknya dihindari saja diganti produk lokal sejenis,” kata Gus Fahrur.

Menurut Gus Fahrur, banyak cara yang bisa dilakukan untuk membantu rakyat Palestina, dan memboikot produk Israel adalah cara yang paling mudah dan bisa dilakukan siapa pun tanpa harus menjadi ahli. Karena itu, Muslim tidak bisa membantu secara langsung ke Gaza, yang bahkan bantuan kemanusiaan pun masih sangat terbatas dan harus mendapatkan izin Israel untuk melewati gerbang Rafah.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dadang Kahmad mengatakan gerakan boikot produk Israel memang sudah sepantasnya dan seharusnya dilakukan oleh rakyat Indonesia sebagai bentuk dukungan dan kepedulian kepada rakyat Palestina. “Boikot produk Israel sebagai bentuk pelampiasan kemarahan kepada Israel yang menjajah Palestina lebih dari 75 tahun, ditambah kekejaman mereka tanpa peri kemanusiaan dan sekarang Israel menghancurkan Gaza dan penduduknya. Israel melakukan genosida terhadap rakyat Palestina,” tegas Dadang.

“Padahal, Rakyat Palestina mengadakan perlawanan karena ingin lepas dari penjajahan sebagaimana rakyat Indonesia dulu ingin lepas dari penjajahan Belanda,” tambahnya merespons serangan Hamas pada 7 Oktober.

Menurut Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Miftahul Huda, boikot merupakan bentuk perlawanan masyarakat dunia terhadap genosida Israel di Gaza, Palestina, tidak terkecuali di Indonesia. Kiai Huda menjelaskan, hal itu harus dilakukan masyarakat Indonesia apabila ingin mendukung saudara Muslim mereka yang saat ini sedang dibombardir oleh Zionis Israel.

“Pemboikotan produk Israel adalah salah satu bentuk perlawanan terhadap Israel. Pemboikotan menjadi salah satu strategi perang, harapannya adalah dapat mengurangi sumber daya kekuatan Israel. Maka, Pemboikotan produk Israel perlu untuk dimasifkan agar kekuatan Israel dapat dilemahkan,” ujar Kiai Huda.

Selain itu, Kiai Huda menilai hal yang telah dilakukan Israel kepada rakyat Palestina, dengan pemboikotan sumber energi dan air, tidak hanya menjadi masalah keagamaan dan kebangsaan, tetapi jauh melampaui batas kemanusiaan. “Ini adalah tragedi kejahatan kemanusiaan. Artinya, ini bukan kewajiban umat Islam saja untuk membantu saudaranya seagama, tetapi semua agama terpanggil untuk membantu rakyat Palestina, di mana sudah lebih 8.000 orang tidak berdosa mati terzalimi oleh kejahatan Israel,” tegasnya.

Sebelumnya, Kiai Huda juga menjelaskan bahwa secara hukum, memboikot itu sah dan dibolehkan karena membeli sebuah produk adalah hak dan bukan kewajiban. Menurut dia, konsumen berhak menentukan pilihan untuk membeli atau tidak.

Jika dikaitkan dengan penyerangan Israel terhadap Palestina, seruan memboikot produk-produk Israel dapat dijadikan sebagai upaya perlawanan terhadap kekuatan Zionis Israel. Dia menjelaskan, upaya untuk menyerang tidak hanya dengan tembakan rudal dan senapan, tetapi dapat juga dengan melakukan perang narasi di media digital dan ekonomi.

Perlawanan Pro-Israel

Langkah advokasi BDS sebenarnya telah dimulai sejak 2005 ketika orang-orang dari berbagai negara, yang berdarah Palestina, mengecam aksi pendudukan Israel di Gaza dan Tepi Barat. Direktur Eksekutif US Campaign for Palestinian Rights, Ahmad Abuznaid mengungkap Pemerintah Amerika Serikat mengirimkan dana bantuan 158 miliar dolar AS hingga kini bagi Israel, termasuk paket bantuan sebesar 14 miliar dolar AS yang ada dalam pengajuan paket bantuan bagi luar negeri di Pemerintahan Biden.

Pendukung Israel bukannya tidak tinggal diam, mereka juga melakukan aksi perlawanan. Kelompok Yahudi di Amerika Serikat misalnya menganggap aksi ini sebagai aksi antisemit karena hanya menyasar Israel dan bukan negara lain yang juga melakukan pelanggaran HAM. Upaya kelompok Pro-Israel amat mirip dengan klaim kelompok pro Apartheid di Afrika Selatan.

Kelompok Pro-Israel lainnya, Jewish National Fund mengajukan gugatan terhadap Kampanye AS untuk hak-hak Palestina, menggunakan Undang-Undang Antiterorisme. Walau gugatan ini akhirnya dibatalkan pada 2021, namun tuduhan pendukung terorisme masih menjadi makanan sehari-hari yang dihadapi warga Palestina di AS.

Sementara di Amerika Serikat, dikutip dari VOI, 38 negara bagian telah mengesahkan semacam undang-undang anti-BDS, melawan kelompok pro hak sipil Palestina. Ini artinya pemerintah harus menandatangani pernyataan yang menegaskan bahwa mereka tidak berpartisipasi dalam aksi boikot atau divestasi terhadap Israel.

Sebenarnya hingga tidak jelas, angka pasti dari aksi boikot terhadap produk Israel. Lembaga Thinktank Global Rand Corporation, pada 2015 melaporkan, ada kemungkinan Israel kehilangan sekitar 15 miliar dolar AS lewat aksi perlawanan tanpa kekerasan dari Palestina, termasuk BDS. Hanya saja angka tersebut masih merupakan sebagian kecil dari PDB Israel saat ini yang berjumlah lebih dari 500 miliar dolar AS. 

Bloomberg baru-baru ini melaporkan bahwa investasi asing di Israel telah turun drastis pada tahun 2023, kemungkinan besar dipengaruhi oleh gejolak politik dan sosial di negara tersebut.

Meski begitu, aksi boikot ini juga tanda bahwa kita, yang masih memiliki hati nurani, untuk bersikap dan berpihak. Seperti halnya Burung Pipit yang berupaya mematikan kobaran api yang membakar Nabi Ibrahim, langkah kecil boikot ini juga jadi bukti kita berpihak dan bukan hanya sekadar buih di lautan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement