Jumat 08 Sep 2023 08:57 WIB

Kontroversi Parade Sound System di Malang, Ini Bahayanya Bagi Pendengaran Masyarakat

Parade Sound System di Malang viral dan menjadi kontroversi di kalangan masyarakat.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Qommarria Rostanti
Sound system yang digunakan di Parade Sound System di Malang, Jawa Timur (ilustrasi). Mendengarkan musik dengan sangat kencang dapat berbahaya bagi pendengaran.
Foto: Dok Instagram/@sound_system_malang
Sound system yang digunakan di Parade Sound System di Malang, Jawa Timur (ilustrasi). Mendengarkan musik dengan sangat kencang dapat berbahaya bagi pendengaran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Parade Sound System yang digelar di berbagai daerah Kabupaten Malang, Jawa Timur, berpotensi menimbulkan dampak buruk terhadap pendengaran masyarakat. Meskipun acara ini mungkin memberikan hiburan, terutama bagi para penggemar musik, perlu diakui bahwa kebisingan yang tinggi dan paparan suara keras dalam jumlah besar dapat merusak pendengaran seseorang.

Dilansir laman CDC.gov pada Kamis (7/9/2023), gangguan pendengaran adalah kondisi yang mengakibatkan penurunan kemampuan seseorang dalam mendengar atau memahami suara dan pembicaraan di sekitarnya. Gangguan pendengaran dapat terjadi ketika bagian-bagian penting dari telinga atau saraf yang mengirimkan sinyal suara ke otak mengalami masalah. Keadaan ini bisa bersifat sementara, tetapi juga bisa menjadi permanen jika kerusakan pada telinga tidak dapat diperbaiki.

Baca Juga

Salah satu penyebab gangguan pendengaran yang signifikan adalah paparan suara keras. Suara dengan tingkat volume yang sangat tinggi atau paparan suara keras yang berlangsung dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pada telinga. Hal ini terutama berdampak pada bagian dalam telinga, yang disebut koklea.

Suara keras dapat merusak sel-sel dan membran di dalam koklea. Selain itu, mendengarkan suara keras secara terus-menerus dapat membuat sel-sel rambut di telinga bekerja secara berlebihan, yang akhirnya dapat menyebabkan kematian sel-sel tersebut. Gangguan pendengaran yang timbul dari paparan kebisingan dapat berlanjut, bahkan setelah paparan berakhir, dan kerusakan pada telinga bagian dalam atau sistem saraf pendengaran umumnya bersifat permanen.

Sel-sel rambut di dalam koklea memiliki peran penting dalam mendeteksi suara dan mengirimkannya ke otak. Manusia rata-rata dilahirkan dengan sekitar 16 ribu sel rambut ini. Meskipun tubuh memiliki kemampuan untuk memulihkan diri, 30 persen hingga 50 persen sel rambut ini dapat mengalami kerusakan tanpa terdeteksi oleh tes pendengaran. Ketika seseorang menyadari adanya gangguan pendengaran, sudah banyak sel rambut yang rusak dan tidak dapat diperbaiki lagi.

Setelah menghadiri acara yang sangat bising seperti konser atau pertandingan olahraga, seseorang mungkin merasa bahwa pendengaran mereka tidak sebaik sebelumnya. Mungkin sulit mendengar bisikan, suara mungkin terasa redup, atau mungkin terdengar berdenging di telinga. Biasanya, pendengaran kembali normal dalam beberapa jam hingga beberapa hari karena sel-sel rambut, yang menyerupai helai rumput, dapat menekuk jika terpapar suara keras dan akan kembali lurus setelah pemulihan.

Namun, jika paparan suara keras merusak sejumlah besar sel rambut, beberapa di antaranya akan mati. Paparan berulang suara keras seiring waktu akan menyebabkan kerusakan bertahap pada kemampuan seseorang untuk memahami pembicaraan, terutama dalam lingkungan bising. Akibatnya, gangguan pendengaran akan semakin memburuk, bahkan jika paparan kebisingan telah berhenti.

Selain merusak sel-sel rambut, kebisingan juga dapat merusak saraf pendengaran yang mengirimkan informasi suara ke otak. Kerusakan ini mungkin tidak terlihat pada tes pendengaran dan dapat menghasilkan apa yang disebut "gangguan pendengaran tersembunyi" yang membuat seseorang kesulitan dalam memahami pembicaraan dalam lingkungan bising dan dapat memengaruhi kemampuan pendengaran pada masa mendatang, bahkan setelah terpapar suara keras berakhir.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement