Jumat 04 Aug 2023 19:46 WIB

Belanda Menangguhkan Kerja Sama Langsung dengan Niger

Belanda tidak ingin mendukung pelaku kudeta di Niger.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Tentara militer di negara Afrika Barat, Niger, telah mengumumkan melakukan kudeta terhadap pemerintah resmi negara ini di TV nasional.
Foto: AP
Tentara militer di negara Afrika Barat, Niger, telah mengumumkan melakukan kudeta terhadap pemerintah resmi negara ini di TV nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Pemerintah Belanda menangguhkan sementara kerja sama langsung dengan pemerintah Niger. Langkah ini diambil usai militer negara itu mengkudeta presiden terpilih pada 26 Juli lalu.

Dalam pernyataannya, Jumat (4/8/2023) Belanda mengatakan Den Haag mendukung program-program kerja sama pembangunan dan keamanan yang dilakukan melalui pemerintah Niger. Namun kini Belanda tidak ingin mendukung pelaku kudeta.

Baca Juga

Di pernyataan tersebut pemerintah Belanda menambahkan mereka sedang cara mendukung program kemanusian di Niger yang dilakukan melalui PBB dan organisasi internasional lainnya atau dengan mitra lokal.

Sejak kudeta negara-negara Barat menghentikan bantuannya ke Niger. Meski Niger merupakan salah satu negara termiskin di dunia dan mengandalkan bantuan asing untuk hampir setengah anggaran tahunannya.

Niger kaya akan sumber daya uranium dan minyak serta berperan penting dalam menghadapi pemberontak di kawasan Sahel. Karena itu Niger cukup strategis bagi Amerika Serikat, Cina, Eropa dan Rusia.

"Inggris sangat menyambut baik langkah ECOWAS dan (memang) diperlukan tindakan yang menentukan dengan komitmen yang kuat pada demokrasi," kata Menteri Luar Negeri Inggris James Clevery setelah bertemu Presiden Nigeria Bola Tinubu di Abuja, Rabu (3/8/2023) lalu.

Pemimpin kudeta mengumumkan telah membuka kembali perbatasan udara dan darat dengan Aljazair, Burkina Faso, Mali, Libya dan Chad usai ditutup pekan lalu.

Sebagian besar perbatasan barat yang dibuka kembali terletak di gurun terpencil. Gerbang penting untuk perdagangan Niger masih ditutup karena sanksi dari ECOWAS.

Prancis dan Italia mengevakuasi warga Eropa dari Niger di tengah kekhawatiran pecahnya konflik. Pesawat militer pertama yang membawa warga Eropa mendarat di Paris dan Roma.

"Kemarin dan hari ini, dengan bantuan rekan Prancis kamim kami sudah bisa menerbangan lebih dari 40 warga Jerman keluar dari Niger," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, seraya menambahkan masih banyak penerbangan yang akan dilakukan.

"Juga dengan persatuan dan tekad yang sama ini kami, sebagai Uni Eropa, mendukung upaya internasional untuk memulihkan ketertiban konstitusional di Niger," katanya.

Prancis mengatakan sejauh ini mereka telah mengevakuasi 350 lebih warga Prancis. "Kejadian dapat berubah buruk tapi masih lebih bisa pulang," kata seorang warga Prancis yang berhasil dievakuasi bernama Charles.

"Kami akan melihat bagaimana situasinya berkembang di sana beberapa hari dan pekan kedepan. Bagi kami, yang sangat memperhatikannya, kami akan mengikuti dengan seksama," katanya. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement