Rabu 14 Jun 2023 19:31 WIB

War ‘’Tiket’’ Masuk Sekolah

Teknologi makin canggih, penerimaan sekolah kok makin sulit.

Orang tua wali murid mencari informasi terkait penerimaan peserta didik baru (PPDB) SMP di Disdikpora Kota Yogyakarta, Selasa (13/5/2023).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Orang tua wali murid mencari informasi terkait penerimaan peserta didik baru (PPDB) SMP di Disdikpora Kota Yogyakarta, Selasa (13/5/2023).

Oleh : Gita Amanda, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Bismillah, hari ini war tiket masuk sekolah dimulai,” begitulah penggalan status di salah satu aplikasi pesan milik teman saya. Sepintas membacanya saya tertawa, kebayang bagaimana para orang tua berjuang untuk mendapatkan sekolah negeri terbaik untuk putra putri mereka layaknya berburu tiket konser band idola.

Saya jadi membayangkan bagaimana para orang tua mempersiapkan segala sesuatu untuk “perang” ini. Pasti menyiapkan jaringan internet yang antimacet, juga mempersiapkan segala kelengkapan dengan sebaik-baiknya. Diiringi doa tanpa putus agar jaringan internet tak putus-putus.

Iya, pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru atau PPDB 2023 wilayah Jakarta untuk jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK telah dibuka mulai Senin, 12 Juni 2023. Untuk melakukan pendaftaran PPDB, Calon Peserta Didik Baru atau biasa disebut CPDB bisa melakukannya dengan membuka laman https://ppdb.jakarta.go.id.

Tapi tak semudah itu, sebelum melakukan pendaftaran CPDB perlu melakukan proses pengajuan akun. Setelah itu barulah CPDB jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK bisa melakukan pendaftaran dan pemilihan sekolah. Nantinya akan ada proses seleksi, pengumuman, serta lapor diri, baru deh siswa resmi dinyatakan diterima di sekolah yang diinginkan.

Tahu nggak sih kalau sejak tahun 2018, pemerintah menerapkan beberapa jalur dalam penerimaan murid sekolah baru lho. Banyak ya. Ada namanya jalur afirmasi, ini untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu atau tenaga kesehatan yang meninggal pas pandemi Covid-19 lalu. Jadi buat siswa-siswa dari keluarga kurang mampu bisa nih ambil jalur ini dengan kuota 15 persen dari keseluruan kuota sekolah.

Lalu ada lagi jalur zonasi. jalur ini menerima semua siswa yang ada dalam zonasi wilayah sekolah. Biasanya jalur zonasi akan melihat usia serta jarak tempat tinggal calon siswa. Kuotanya lebih besar dari jalur afirmasi yakni 50-70 persen dari daya tampung setiap sekolah.

Ada pula jalur prestasi. Nah, ini digadang-gadang disiapkan untuk siswa-siswi yang memiliki nilai akademis bagus serta prestasi non akademis. Tapi sayangnya untuk jalur ini nggak ada kuota khusus. Katanya jalur ini hanya akan diberikan jika sekolah masih memiliki kuota penerimaan siswa.

Waduh, pusing ya penerimaan siswa sekolah sekarang. Dulu seingat saya, saat masuk SMA awal-awal tahun 2000an, penerimaan siswa hanya berdasarkan nilai akademis. Beberapa sekolah biasanya akan menetapkan standar nilai minimal untuk memasuki sekolah dan setiap anak bebas mendaftar. Jika masuk dalam penyaringan nilai dan masih tersedia kuota ya masuk kalau tidak ya ke sekolah pilihan selanjutnya.

Tapi katanya sih, sistem tersebut sarat kecurangan. Sebab banyak oknum-oknum sekolah yang akhirnya memperjual belikan “kursi” agar siswa bisa masuk ke sekolah impian tanpa susah-susah. Nah, dengan jalur-jalur penerimaan yang kini diterapkan konon memperkecil kecurangan dalam penerimaan siswa baru.

Tapi ya, tetap saja kecurangan tak benar-benar bisa 100 persen dihindari. Tahun 2022 lalu, Ombudsman menyatakan menemukan beberapa kecurangan dalam PPDB. Mulai dari urusan infrastruktur yang membuat CPDB mental saat proses pendaftaran hingga soal pemalsuan sertifikat prestasi untuk jalur prestasi.

Semoga sih tahun ini tak lagi banyak kecurangan yang terjadi. Infrastruktur pun diharapkan sudah lebih baik sehingga masalah-masalah teknis terkait pendaftaran bisa dihilangkan atau setidaknya diminimalisir.

Dan yang terpenting lagi, semoga ke depannya sistem penerimaan siswa baru di tanah air ini bisa lebih dipermudah ya. Nggak kebayang kalau semakin diperumit. Teknologi makin canggih, penerimaan sekolah kok makin sulit.

Jadi ingat komentar salah satu teman yang sudah cukup berumur. “Lieur (bikin pusing) masuk sekolah negeri sekarang, masukin swasta saja lah,” ujar dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement