Jumat 21 Apr 2023 19:52 WIB

Lavrov: Rusia dan AS Saat Ini tidak Memiliki Hubungan Konkret

Rusia terus meningkatkan kerja sama militer dengan Kuba.

 Rusia dan Amerika Serikat (AS) pada saat ini praktis tidak memiliki hubungan, kecuali untuk kontak yang diperlukan, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, Kamis (20/4/2023).
Foto: AP/Russian Foreign Ministry Press S
Rusia dan Amerika Serikat (AS) pada saat ini praktis tidak memiliki hubungan, kecuali untuk kontak yang diperlukan, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, Kamis (20/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Rusia dan Amerika Serikat (AS) pada saat ini praktis tidak memiliki hubungan, kecuali untuk kontak yang diperlukan, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, Kamis (20/4/2023).

"Jika kamu bertanya tentang hubungan Rusia-AS, kami tidak memiliki hubungan konkret sekarang. Kami hanya membahas masalah yang muncul dalam pekerjaan kedutaan kami karena kebutuhan. Dan juga karena AS berusaha menyalahgunakan posisi mereka, khususnya, sebagai negara tuan rumah PBB," kata Lavrov dalam sebuah arahan singkat menyusul kunjungannya ke Kuba.

Baca Juga

Berbicara tentang hubungannya dengan Kuba, Menlu Rusia tersebut mengatakan bahwa kerja sama militer antara Moskow dan Havana berkembang dengan sukses. "Kerja sama militer kami dengan Kuba berkembang dengan sukses sesuai dengan kesepakatan kedua pihak. Dan seperti yang saya pahami, bentuk kerja sama militer ini sesuai untuk Rusia dan Kuba," kata Lavrov pada wartawan.

Menlu juga mencatat bahwa persyaratan restrukturisasi utang Kuba telah disepakati. "Tentu saja, semua yang dicapai, telah berkontribusi pada upaya penyelesaian untuk menyepakati restrukturisasi utang Kuba," katanya.

Rusia siap berpartisipasi dalam pembahasan mengenai pembuatan mata uang BRICS, kata Menlu Lavrov pada wartawan. "Negara-negara BRICS telah lama bekerja pada langkah-langkah untuk mengurangi porsi dolar dalam pembayaran bersama dan beralih ke pembayaran dalam mata uang nasional... Baru-baru ini, Presiden Brazil Lula menyarankan agar kami mempertimbangkan untuk bergerak menuju mata uang kolektif dalam BRICS. Kami akan berpartisipasi dengan minat dalam diskusi ini," kata Lavrov.

Mengenai situasi kelebihan pasokan biji-bijian dan makanan Ukraina saat ini di pasar Uni Eropa (EU), akan lebih adil untuk EU untuk membeli biji-bijian dengan harga awal dan memasoknya ke negara-negara yang membutuhkan secara gratis, kata MenluLavrov.

"Saya dengar Komisi Eropa menawarkan untuk mengkompensasi kerugian, mengalokasikan, jika saya tidak salah, 100 juta euro (sekitar Rp1,6 triliun). Tetapi, mungkin, akan lebih adil membeli biji-bijian Ukraina murah dengan harga awalnya dan memasoknya secara gratis ke negara-negara termiskin yang membutuhkan makanan," tegas Lavrov.

Larangan impor biji-bijian Ukraina oleh beberapa negara membuktikan bahwa pemenuhan bagian Ukraina dari kesepakatan biji-bijian telah menjadi komersial, tambah Menlu.

EU telah terlibat dalam berbagai inisiatif untuk membantu Ukraina mengekspor produk pertanian di tengah konflik yang terjadi di negeri tersebut, yang menyebabkan gangguan pada rantai pasokan dan menimbulkan kekhawatiran tentang krisis pangan skala besar.

Namun, tindakan tersebut berkontribusi pada biji-bijian Ukraina yang murah membanjiri negara-negara di Eropa tengah dan timur, menyebabkan jatuhnya harga di sana.

Berdasarkan alasan ini, Polandia, Hongaria, Slovakia, dan Bulgaria untuk sementara melarang impor pangan dari Ukraina.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement