Ahad 09 Apr 2023 23:20 WIB

BI: Pesantren Bisa Jadi Sumber Ekonomi Baru

Pengembangan ekonomi syariah lewat pesantren telah mendukung perbaikan ekonomi.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Deputi Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia M Irfan Sukarna, CEO Shabu Hachi Githa Nafeeza, Owner Tuneeca Samira M Bafagih, dan Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) M Aqil Irham (dari kiri) saat sesi talkshow Republika Ramadhan Festival di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (9/4/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Deputi Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia M Irfan Sukarna, CEO Shabu Hachi Githa Nafeeza, Owner Tuneeca Samira M Bafagih, dan Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) M Aqil Irham (dari kiri) saat sesi talkshow Republika Ramadhan Festival di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (9/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai, pesantren memiliki potensi menjadi basis kekuatan ekonomi syariah. Deputi Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI), M Irfan Sukarna mengatakan, pengembangan ekonomi dan keuangan syariah melalui pondok pesantren dan UMKM syariah telah mampu mendukung proses perbaikan ekonomi.

"Saat ini, kami juga mengembangkan UMKM di pesantren. Karena memang bisa jadi potensi besar dan jadi sumber ekonomi baru," ungkapnya dalam Talkshow Halal Entrepreneurship, Concept, and Opportunities Republika Ramadhan Festival di Masjid Istiqlal, Jakarta, Ahad (9/4/2023).

Baca Juga

Ia menceritakan, ada salah satu pesantren binaan BI mampu memasok 25 persen sayuran di daerahnya. Hal tersebut, lanjut Irfan, membuktikan pesantren memiliki peran penting dalam pemberdayaan ekonomi.

Oleh karenanya, dengan banyaknya jumlah pesantren di Indonesia bisa menjadi kekuatan jika memiliki kegiatan usaha syariah. Dia memastikan, BI juga melakukan pendekatan dengan memberdayakan ekonomi di pesantren, salah satunya dengan membentuk himpunan ekonomi dan bisnis pesantren (Hebitren).

Sebelumnya, BI telah menyiapkan tiga strategi utama untuk mengakselerasi ekonomi syariah, khususnya di wilayah Jawa untuk pemulihan ekonomi yang inklusif. Strategi pertama dilakukan melalui inisiasi program hilirisasi produk rempah dengan fokus pada inkubasi hingga ekspor guna mendorong UMKM menembus pasar produk halal dunia.

Kedua, melalui kerja sama pemasaran produk-produk halal melalui e-commerce dengan kanal pembayaran melalui QRIS dan BI Fast (go digital). Ketiga, peran pesantren dalam mendukung produksi pertanian dan hortikultura guna mendukung ketahanan pangan melalui social partnership for food security atau go agriculture.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement