Rabu 05 Apr 2023 04:01 WIB

Orang yang Merasa Sehat dan tak Rasakan Gejala Juga Bisa Alami Masalah Jantung

Kondisi aterosklerosis kerap tak disadari penderitanya sampai akhirnya terlambat.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Irama jantung (Ilustrasi). Banyak orang dengan aterosklerosis tak menyadari kondisinya karena tak merasakan gejala.
Foto: www.maxpixel.com
Irama jantung (Ilustrasi). Banyak orang dengan aterosklerosis tak menyadari kondisinya karena tak merasakan gejala.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aterosklerosis dapat membuat risiko seseorang terhadap serangan jantung meningkat delapan kali lipat lebih tinggi. Ironisnya, kondisi aterosklerosis kerap tak disadari penderitanya sampai akhirnya terlambat.

Aterosklerosis merupakan kondisi yang terjadi ketika deposit lemak atau plak menumpuk di dinding pembuluh darah. Seiring waktu, penumpukan plak ini akan membuat pembuluh darah menyempit dan membuat aliran darah menjadi terganggu.

Baca Juga

Banyak orang dengan aterosklerosis tak menyadari kondisinya karena tak merasakan gejala. Meski orang tersebut merasa sehat dan tak merasakan gejala, mereka sebenarnya memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap serangan jantung dan strok.

Studi dalam Annals of Internal Medicine juga menyoroti bahwa aterosklerosis bisa muncul di usia yang lebih muda. Akan tetapi, kondisi ini bisa tak terdeteksi selama bertahun-tahun. Sering kali, kondisi aterosklerosis baru terdeteksi saat penderita mengalami komplikasi berupa serangan jantung.

Studi yang dilakukan oleh tim peneliti asal Denmark ini melibatkan lebih dari 9.000 orang partisipan berusia 40 tahun atau lebih. Para partisipan tidak memiliki riwayat penyakit kardiovaskular di awal studi.

Tim peneliti lalu melakukan pemindaian CT angiografi untuk mendapatkan gambaran terperinci mengenai kondisi jantung dan arteri koroner para partisipan. Dari pemindaian ini, diketahui bahwa sekitar 46 persen partisipan tanpa sadar memiliki aterosklerosis subklinis pada arteri koroner.

Subklinis berarti aterosklerosis yang diidap partisipan tidak memiliki gejala yang definitif atau bisa terpantau. Sebanyak 10 persen dari total 46 persen partisipan tersebut memiliki kondisi aterosklerosis dalam bentuk obstruktif.

Sekitar 36 persen sisanya memiliki kondisi ini dalam bentuk non obstruktif. Peneliti lalu memantau para partisipan setelah melakukan pemindaian CT angiografi. Berdasarkan pemantauan, sebanyak 71 partisipan mengalami serangan jantung dan 193 partisipan meninggal dunia dalam kurun waktu 1-9 bulan setelah pemindaian CT angiografi dilakukan.

Dari studi ini, tim peneliti menemukan bahwa orang dengan aterosklerosis koroner obstruktif memiliki risiko delapan kali lipat lebih besar terhadap serangan jantung. Studi ini juga mengindikasikan pentingnya deteksi dini aterosklerosis untuk menekan risiko serangan jantung di kemudian hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement