Jumat 24 Mar 2023 08:47 WIB

Aksi Kekerasan Warnai Protes di Paris

Protes bisa lebih keras jika pemerintah tidak mengindahkan kemarahan rakyat Prancis

Rep: Dwina Agustin / Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
 Petugas pemadam kebakaran memadamkan api setelah demonstrasi di dekat Majelis Nasional setelah pemungutan suara Majelis Nasional Prancis atas undang-undang reformasi pensiun yang diusulkan pemerintah, di Paris, Prancis,  Kamis (16/3/2023). Orang-orang berdemonstrasi di luar Parlemen Prancis setelah Perdana Menteri Prancis Borne mengajukan Pasal 49 yang kontroversial paragraf 3 (49.3) Konstitusi untuk mengesahkan undang-undang reformasi pensiun yang akan menaikkan usia pensiun dari 62 menjadi 64 tahun pada tahun 2030 setelah Senat memberikan suara setuju.
Foto: EPA-EFE/Mohammed Badra
Petugas pemadam kebakaran memadamkan api setelah demonstrasi di dekat Majelis Nasional setelah pemungutan suara Majelis Nasional Prancis atas undang-undang reformasi pensiun yang diusulkan pemerintah, di Paris, Prancis, Kamis (16/3/2023). Orang-orang berdemonstrasi di luar Parlemen Prancis setelah Perdana Menteri Prancis Borne mengajukan Pasal 49 yang kontroversial paragraf 3 (49.3) Konstitusi untuk mengesahkan undang-undang reformasi pensiun yang akan menaikkan usia pensiun dari 62 menjadi 64 tahun pada tahun 2030 setelah Senat memberikan suara setuju.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Polisi menembakkan gas air mata dan bertempur dengan para anarkis berpakaian hitam di Paris, Prancis, pada Kamis (23/3/2023). Ratusan ribu pengunjuk rasa damai berbaris di seluruh Prancis menentang rencana Presiden Emmanuel Macron untuk menaikkan batas usia pensiun.

Demonstrasi di pusat kota Paris umumnya berlangsung damai, tetapi kelompok anarkis Black Bloc yang lebih kecil menghancurkan jendela toko, menghancurkan perabotan jalan, dan menggeledah restoran McDonalds. Bentrokan terjadi saat polisi anti huru hara bergerak masuk dan memukul mundur para anarkis dengan gas air mata dan granat kejut. Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan, 123 petugas polisi terluka dan 80 orang ditangkap di seluruh negeri.

Baca Juga

Kelompok-kelompok kecil terus bentrok dengan polisi di Paris hingga malam hari, membakar tempat sampah dan bermain kucing-kucingan dengan pasukan keamanan. Serikat pekerja khawatir bahwa protes dapat berubah menjadi lebih keras jika pemerintah tidak mengindahkan kemarahan rakyat yang meningkat atas pembatasan pensiun.

Serikat pekerja menyerukan aksi regional selama akhir pekan dan pemogokan dan protes nasional baru pada 28 Maret atau hari ketika Raja Inggris Charles III akan melakukan perjalanan ke Bordeaux dari Paris dengan kereta api. "Ini adalah tanggapan atas kebohongan yang diungkapkan oleh presiden dan sikap keras kepalanya yang tidak dapat dipahami," kata wakil sekretaris jenderal serikat CFDT Marylise Leon.

"Tanggung jawab dari situasi eksplosif ini bukan terletak pada serikat pekerja tetapi pada pemerintah," ujarnya.

Polisi juga menembakkan gas air mata ke beberapa pengunjuk rasa di beberapa kota lain, termasuk Nantes dan Bordeaux di barat. Petugas menggunakan meriam air terhadap pengunjuk rasa lainnya di Rennes di barat laut.

Sedangkan di kota barat Lorient, surat kabar Ouest-France mengatakan, proyektil menyebabkan kebakaran singkat di halaman kantor polisi. "Ada banyak kemarahan, situasi yang meledak-ledak," kata pemimpin serikat CGT Philippe Martinez, pada awal unjuk rasa di Paris.

Para pemimpin serikat menyerukan ketenangan tetapi marah dengan komentar provokatif Macron. Presiden Prancis itu memecah kesunyian selama berminggu-minggu tentang kebijakan baru tersebut pada Rabu (22/3/2023).

Macron mengatakan, akan berdiri teguh dan undang-undang kenaikan batas usia pensiun akan mulai berlaku pada akhir tahun. Dia membandingkan protes yang terjadi di Prancis sama dengan aksi penyerbuan gedung Capitol di Amerika Serikat pada 6 Januari 2021.

Kementerian Dalam Negeri Prancis mengatakan, 1,089 juta pemrotes di seluruh negeri, termasuk 119 ribu di ibu kota. Jumlah ini merupakan rekor sejak protes dimulai pada Januari. Serikat CGT mengatakan 3,5 juta orang berbaris di negara itu, menyamai rekor tertinggi sebelumnya pada 7 Maret.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement