Ahad 12 Mar 2023 01:56 WIB

Tingkat Keterisian Tinggi, 'Feeder' Surabaya Angkut Ribuan Penumpang per Hari

Saat ini, sudah ada sebanyak 52 kendaraan yang beroperasi.

Angkutan pengumpan Wirawiri Suroboyo saat diresmikan operasionalnya oleh Wali Kota Eri Cahyadi.
Foto: Dadang Kurnia
Angkutan pengumpan Wirawiri Suroboyo saat diresmikan operasionalnya oleh Wali Kota Eri Cahyadi.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Angkutan pengumpan atau feeder di Kota Surabaya, Jawa Timur, yang baru sepekan diluncurkan dinilai mampu menunjukkan load factor (faktor muat) yang bagus. Layanan ini mampu mengangkut 2.600 penumpang per hari.

"Berdasarkan grafik PNP (Pinetree Capital Ltd) Feeder 2.600 penumpang per hari. Artinya kapasitas penumpang feeder bagus. Sekaligus juga saat ini feeder mampu mengangkut penumpang dengan kapasitas yang memadai," kata Wakil Ketua Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Surabaya, Aning Rahmawati di Surabaya.

Meski demikian, lanjut dia, tetap harus terus dipantau untuk memastikan feeder yang diberi nama Wirawiri Suroboyo betul-betul menjadi kebutuhan bagi warga Surabaya ke depan. Sesuai kebutuhan artinya masyarakat berpindah dari kendaraan pribadi ke kendaraan publik yang nyaman, murah, dan efektif.

Sehingga, bisa menjawab tantangan bahwa Surabaya sebagai kota metropolis mampu mengatasi kemacetan. Sekaligus mendukung penuh pergerakan ekonomi dengan menyediakan alat mobilitas tepat sasaran sekaligus sangat dibutuhkan oleh warga Surabaya.

"Feeder bukan sekadar ada dan menjadi beban APBD. Pemkot harus sabar karena mengubah kultur tidak mudah. Sabar artinya APBD di awal memang harus support penuh dengan segala kondisinya," kata dia.

Selain itu, Aning juga mengapresiasi Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, di mana transportasi publik menjadi satu dari lima prioritas pembangunan pada APBD Surabaya 2024. "Ini suatu kebijakan yang sangat spesial bagi warga Surabaya," ujar Aning.

Menurut Aning, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tertinggi di Surabaya adalah perdagangan dan jasa, sehingga sudah seharusnya fasilitas mobilitas masyarakat juga didukung. Hal ini juga pada akhirnya mampu mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD).

Ia menjelaskan, jika transportasi publik menjadi prioritas pembangunan di Surabaya pada 2024, maka keberpihakan anggaran untuk transportasi publik juga harus betul-betul diperhatikan oleh pemerintah kota setempat.

Aning membandingkan, anggaran untuk transportasi massal di Kota Semarang mencapai lima persen dari APBD, di mana APBD Semarang hanya Rp 5,9 triliun dengan PAD Rp 2,5 triliun. Adapun Surabaya dengan APBD Rp 11,3 triliun dengan PAD Rp 6,1 triliun,  namun anggaran untuk transportasi massal hanya Rp 70 miliar atau 0,6 persen dari APBD Surabaya.

"Semoga 2024 bisa mencapai angka sesuai kebutuhan Surabaya, minimal sama dengan Semarang," kata dia.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, animo masyarakat  memanfaatkan angkutan feeder di Surabaya tinggi, terutama rute dari arah Pakal ke Tunjungan.

"Banyak penumpang menyampaikan baru kali ini ada transportasi umum yang langsung dari Pakal ke arah Tunjungan. Jadi, 'Wirawiri Suroboyo' ini selalu penuh, animo masyarakat luar biasa," kata Cak Eri, panggilan akrabnya.

Saat ini, sudah ada sebanyak 52 kendaraan yang beroperasi, dan diharapkan tahun depan armada itu  ditambah agar semua kawasan di Surabaya bisa dijangkau oleh angkutan ini.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement