Selasa 07 Mar 2023 18:54 WIB

30 Santri Asal Jatim Raih Beasiswa Kuliah di Universitas Al Azhar Mesir

Beasiswa kuliah di Universitas Al Azhar Mesir diberikan untuk 30 santri asal Jatim.

30 Santri Asal Jatim Raih Beasiswa Kuliah di Universitas Al Azhar Mesir. Foto: Beasiswa (ilustrasi)
Foto: PxHere
30 Santri Asal Jatim Raih Beasiswa Kuliah di Universitas Al Azhar Mesir. Foto: Beasiswa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sebanyak 30 santri asal berbagai pondok pesantren (ponpes) di Jawa Timur mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.

"Mereka adalah peserta Program Beasiswa Santri Pondok Pesantren yang lulus seleksi," kata Gubernur Jawa Timur (Jatim)Khofifah Indar Parawansa melalui keterangan tertulis di Surabaya, Selasa.

Baca Juga

Seleksi peserta program beasiswa tersebut digelar oleh Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab (PUSIBA) di Jakarta, satu satunya lembaga yang diakui dan dipercaya untuk mempersiapkan kompetensi Bahasa Arab yang sesuai dengan standar mahasiswa Al Azhar.

Dari 240 pendaftar yang lolos verifikasi administrasi, akhirnya terpilih 30 peserta yang lulus tes secara keseluruhan. "Sebanyak 30 peserta ini dinyatakan lulus matrikulasi/tahdid mustawa oleh PUSIBA," ujar Khofifah.

Masing-masing peserta telah terdaftar dan memilih program studi keagamaan di Universitas Al-Azhar, seperti Ushuluddin , Syariah, dan Bahasa Arab.

Khofifah memastikan para peserta dibebaskan dari SPP selama kuliah di Al Azhar. "Sedangkan beasiswa dari Pemerintah Provinsi Jatim berupa living cost, asrama, bantuan buku, dan pengobatan selama 4 tahun, serta biaya transportasi pulang pergi," katanya.

Gubernur Khofifah berharap semua santri yang berkesempatan meraih beasiswa di Al Azhar senantiasa rajin dan disiplin selama menimba ilmu.

"Ini adalah kesempatan yang luar biasa dapat menimba ilmu langsung dari para syeikh dan ulama besar Al Azhar di Mesir," ujarnya.

Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) itu juga berpesan agar para mahasiswa tidak mudah terpengaruh paham-paham atau ideologi-ideologi trans nasional yang tidak seiring dengan NKRI.

"Saya sampaikan betapa ada kunci-kunci yang menjadi perajut dari perdamaian, kerukunan, toleransi, dan moderasi, yang ada di negeri ini sehingga kalaupun ada perbedaan-perbedaan maka posisi perbedaan itu adalah ikhtilafu ummati rahmatun. Perbedaan pendapat adalah rahmat, tidak sampai meruncing yang bisa menimbulkan perpecahan," ujar Khofifah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement