Senin 06 Mar 2023 17:36 WIB

KAI Sebut Impor Impor KRL dari Jepang Kebutuhan Mendesak

KAI meyakini KCI memensiunkan beberapa KRL karena terkait faktor keselamatan

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Penumpang bersiap menaiki KRL di Stasiun Manggarai, Jakarta. PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI menyebut rencana Kereta Commuter Indonesia (KCI) mengimpor KRL bekas Jepang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat. VP Public Relations KAI Joni Martinus mengatakan KCI mengedepankan aspek keselamatan dengan harus memensiunkan sejumlah KRL.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Penumpang bersiap menaiki KRL di Stasiun Manggarai, Jakarta. PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI menyebut rencana Kereta Commuter Indonesia (KCI) mengimpor KRL bekas Jepang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat. VP Public Relations KAI Joni Martinus mengatakan KCI mengedepankan aspek keselamatan dengan harus memensiunkan sejumlah KRL.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI menyebut rencana Kereta Commuter Indonesia (KCI) mengimpor KRL bekas Jepang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat. VP Public Relations KAI Joni Martinus mengatakan KCI mengedepankan aspek keselamatan dengan harus memensiunkan sejumlah KRL.

Hal ini tentu akan berdampak pada pengurangan kapasitas angkut jika tidak menemukan pengganti. Joni menyampaikan KCI pasti telah melakukan perhitungan matang terkait faktor keselamatan sebelum mempesiunkan sejumlah KRL.

Baca Juga

"Oleh karena itu, teman-teman KCI mengirim surat untuk impor kereta. Kita ingin pelayanan tetap baik. Kebutuhan masyarakat terhadap KRL sangat tinggi, kita harus jaga itu," ujar Joni saat konferensi pers di Stasiun Bandung, Jawa Barat, Senin (6/3/2023).

Joni menyampaikan masyarakat akan menjadi pihak yang paling terdampak dengan adanya pengurangan rangkaian kereta. Rencananya, KCI bakal mempesiunkan 10 rangkaian kereta pada tahun ini. 

"Kapasitas angkut gerbong bisa mencapai capai sekitar 175 orang. Artinya tinggal berhitung saja ketika satu rangkaian ada beberapa gerbong, totalnya berapa, lalu gerbong itu secara simultan pulang-pergi, bisa puluhan ribu (penumpang) yang bisa diangkut," ucap Joni.

Produksi lokal tak cukup, impor jadi opsi terbaik

Joni mengatakan KAI berkomitmen penuh dalam menyerap produksi kereta lokal, terlebih dengan PT INKA yang juga BUMN. Joni menyebut seluruh rangkaian kereta ekonomi premium telah menggunakan produksi lokal. Namun untuk KRL, persoalan utamanya terletak pada kapasitas dan waktu produksi yang tak mampu dipenuhi saat ini. Joni menyampaikan proses produksi lokal memerlukan waktu dua tahun hingga tiga tahun. 

"Sementara kebutuhan KRL tidak bisa ditunda. Yang jadi masalah butuh proses. Tidak bisa kita belinya sekarang, lalu besok sudah ada," lanjut Joni.

Joni menyampaikan impor KRL Jepang merupakan opsi utama saat kapasitas produksi lokal tidak mampu memberikan solusi dan juga menjaga pelayanan tetap berjalan secara optimal. Untuk itu, Joni berharap ada solusi terbaik dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) agar memberikan lampu hijau kepada KCI untuk melakukan impor KRL.

"Selaku operator, kita ingin ada kesinambungan pelayanan, tentu kami sangat bersyukur dengan adanya dukungan dari Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan," kata Joni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement