Senin 06 Mar 2023 09:31 WIB

Sepatu Impor Ilegal Murah Meriah Banyak Dicari, Kemenperin: Hentikan

Industri alas kaki dalam negeri masih mengalami kontraksi.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Lida Puspaningtyas
Pasar loak bagi sebagian orang adalah lokasi yang tak pernah bosan untuk dikunjungi, salah satunya Pasar Loak Cilaki, di Kota Bandung, Rabu (11/1/2023). Di pasar loak legendaris Kota Bandung ini pengunjung bisa berburu harta karun, bermacam barang bekas umumnya ada, seperti pakaian, sepatu, jam tangan, Charger handphone, batu akik, mainan anak jadul, bermacam perabotan lintas zaman dan lain sebagainya.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Pasar loak bagi sebagian orang adalah lokasi yang tak pernah bosan untuk dikunjungi, salah satunya Pasar Loak Cilaki, di Kota Bandung, Rabu (11/1/2023). Di pasar loak legendaris Kota Bandung ini pengunjung bisa berburu harta karun, bermacam barang bekas umumnya ada, seperti pakaian, sepatu, jam tangan, Charger handphone, batu akik, mainan anak jadul, bermacam perabotan lintas zaman dan lain sebagainya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa praktik impor sepatu bekas ilegal harus dihentikan. Terlebih Indeks Kepercayaan Industri (IKI) menunjukkan bahwa industri alas kaki dalam negeri masih mengalami kontraksi.

"Seperti yang bisa dilihat pada video hasil investigasi salah satu jurnalis di Singapura, terungkap bahwa sepatu-sepatu bekas dari negara tersebut yang disumbangkan pemiliknya untuk proyek sustainability, ternyata berakhir di pasar-pasar loak di Indonesia. Praktik impor ilegal sepatu bekas ini harus dihentikan karena berdampak buruk bagi industri alas kaki dalam negeri," kata Febri lewat keterangannya di Jakarta, Senin (6/3/2023).

Baca Juga

Video yang dimaksud oleh Febri menyebutkan bahwa semula masyarakat Singapura mendonasikan sepatu olahraga bekas pakai mereka melalui boks-boks donasi di tempat umum. Disebutkan bahwa sepatu-sepatu tersebut akan didaur ulang menjadi alas taman bermain dan trek lari.

Seorang jurnalis memasang alat pelacak di beberapa sepatu yang disumbangkannya. Namun, hasil pelacakannya menunjukkan bahwa sepatu-sepatu tersebut dijual di pusat-pusat penjualan sepatu bekas di Batam ataupun Jakarta.

"Kejadian ini menunjukkan bahwa impor ilegal sepatu bekas dilakukan secara terorganisasi dan menyalahgunakan proyek sosial. Kemenperin tidak bisa sendirian bertindak memerangi aktivitas impor ilegal ini. Perlu dukungan dari pihak-pihak yang memiliki kewenangan untuk menerapkan aturan dengan tegas," ujar Febri.

Ia menjelaskan, Kemenperin telah melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian terkait masalah impor ilegal. Ia janji ada peningkatan pengawasan barang impor sampai ke pelabuhan terkecil.

Selain itu, berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan dalam rangka penyusunan larangan terbatas (lartas) untuk produk TPT. Serta mengusulkan penambahan pasal kewajiban pelaku usaha mencantumkan nomor registrasi barang K3L dan NPB atau SNI pada tampilan perdagangan elektroniknya untuk produk TPT dan alas kaki yang dikenakan kewajiban Peraturan Menteri Perdagangan 26/2021.

Selanjutnya, Kemenperin mengusulkan agar impor produk alas kaki tetap dilakukan di perbatasan dan mengusulkan pemberian insentif Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) terhadap impor bahan baku dan bahan penolong bagi produk alas kaki merek lokal.

Untuk terus meningkatkan daya saing industri alas kaki di Indonesia, yang merupakan industri padat karya dan menjadi tumpuan masyarakat, Kemenperin terus berupaya melakukan upaya-upaya mempertahankan industri. Antara lain dengan memperkuat rantai pasok dan menggarap potensi industri alas kaki di pasar domestik.

Selain itu, bagi pelaku industri kecil dan menengah (IKM) alas kaki, Kemenperin terus mendorong program pengembangan produk. Di dalamnya terdapat pengembangan teknologi serta program akses pasar promosi pemasaran bagi IKM alas kaki berorientasi ekspor.

Kemenperin melalui Balai Pemberdayaan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) juga mempertemukan pelaku industri menengah dengan IKM alas kaki untuk dapat bermitra dan berkolaborasi untuk dapat mengisi pasar yang potensial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement