Kamis 23 Feb 2023 19:19 WIB

Kasus Pertama Infeksi Flu Burung pada Manusia di Kamboja Meninggal Dunia

Korban adalah anak perempuan berusia 11 tahun.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Penindakan dan pencegahan flu burung (ilustrasi). Seorang anak perempuan berusia 11 tahun meninggal akibat flu burung di Kamboja. Ini adalah infeksi H5N1 manusia pertama yang diketahui sejak 2014.
Foto: Antara
Penindakan dan pencegahan flu burung (ilustrasi). Seorang anak perempuan berusia 11 tahun meninggal akibat flu burung di Kamboja. Ini adalah infeksi H5N1 manusia pertama yang diketahui sejak 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Seorang anak perempuan berusia 11 tahun meninggal akibat flu burung di Kamboja. Ini adalah infeksi H5N1 manusia pertama yang diketahui sejak 2014.

Flu burung biasanya menyebar pada unggas dan tidak dianggap sebagai ancaman bagi manusia hingga wabah pada 1997 muncul di kalangan pengunjung pasar unggas hidup di Hong Kong.  Sebagian besar kasus manusia di seluruh dunia melibatkan kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi. Tetapi kekhawatiran baru-baru ini muncul terkait infeksi pada berbagai mamalia dan kemungkinan virus dapat berevolusi untuk menyebar lebih mudah antar manusia.

Baca Juga

Anak perempuan dari Provinsi Prey Veng itu jatuh sakit pada 16 Februari, dan  dirawat di rumah sakit di Ibu Kota, Phnom Penh. Anak itu didiagnosis terinfeksi flu burung pada Rabu (22/2/2023) setelah menderita demam hingga 39 derajat Celcius dengan batuk dan sakit tenggorokan. Pada Rabu malam, Kementerian Kesehatan Kamboja mengumumkan bahwa anak itu telah meninggal dunia.

Pejabat kesehatan telah mengambil sampel dari burung liar yang mati di kawasan konservasi dekat rumah anak perempuan itu. Tim di daerah tersebut juga akan memperingatkan warga agar tidak menyentuh unggas yang mati dan sakit.

Menteri Kesehatan Kamboja Mam Bunheng memperingatkan, flu burung menimbulkan risiko yang sangat tinggi bagi anak-anak. Mereka mungkin memberi makan atau mengumpulkan telur dari unggas peliharaan, termasuk bermain dengan burung atau membersihkan kandangnya.

Gejala infeksi H5N1 mirip dengan flu lainnya, termasuk batuk, nyeri dan demam. Bahkan dalam kasus yang serius, pasien dapat terjangkit pneumonia yang mengancam jiwa.

Kamboja memiliki 56 kasus H5N1 pada manusia dari pada 2003 hingga 2014. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dari jumlah tersebut, 37 di antaranya berakibat fatal. 

Secara global, terjadi sekitar 870 infeksi H5N1 pada manusia dan 457 kematian telah dilaporkan ke WHO di 21 negara.  Tetapi kecepatan penyebarannya virus ini melambat. WHO mencatat sekitar 170 infeksi dan 50 kematian dalam tujuh tahun terakhir.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus awal bulan ini menyatakan keprihatinan tentang infeksi flu burung pada mamalia termasuk cerpelai, berang-berang, rubah, dan singa laut.

“H5N1 telah menyebar luas pada burung liar dan unggas selama 25 tahun, tetapi penyebarannya ke mamalia baru-baru ini perlu dipantau secara ketat,” ujarnya.

Pada Januari, seorang anak perempuan berusia 9 tahun di Ekuador menderita kasus infeksi flu burung pada manusia pertama yang dilaporkan di Amerika Latin dan Karibia. Dia dirawat dengan obat antivirus.

Tedros mengatakan, WHO menilai risiko flu burung ke manusia masih rendah. Dia menyarankan agar orang-orang tidak menyentuh hewan liar yang mati atau sakit. Dia juga mengimbau seluruh negara untuk memperkuat pengawasan terhadap pengaturan interaksi manusia dan hewan.

“Tetapi kami tidak dapat berasumsi bahwa hal itu akan tetap terjadi, dan kami harus bersiap untuk setiap perubahan status quo,” kata Tedros.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement