Ahad 19 Feb 2023 15:19 WIB

Bayi Aya Dirawat Paman dan Bibinya

Orangtua dan saudara kandung bayi Aya meninggal dunia saat gempa.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Seorang bayi perempuan yang lahir di bawah reruntuhan akibat gempa yang melanda Suriah dan Turki menerima perawatan di dalam inkubator di sebuah rumah sakit anak di kota Afrin, provinsi Aleppo, Suriah, Selasa (7/2/2023). Bayi tersebut bernama Aya, adalah salah satu dari anak yatim piatu korban gempa berkekuatan 7,8 skala Richter pada hari Senin di Suriah dan Turki.
Foto: AP Photo/Ghaith Alsayed
Seorang bayi perempuan yang lahir di bawah reruntuhan akibat gempa yang melanda Suriah dan Turki menerima perawatan di dalam inkubator di sebuah rumah sakit anak di kota Afrin, provinsi Aleppo, Suriah, Selasa (7/2/2023). Bayi tersebut bernama Aya, adalah salah satu dari anak yatim piatu korban gempa berkekuatan 7,8 skala Richter pada hari Senin di Suriah dan Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Seorang bayi yang lahir di Suriah utara saat gempa dahsyat dipersatukan dengan bibi dan pamannya pada Sabtu (18/2/2023). Orang tua dan saudara kandung bayi yang kerap disebut sebagai bayi Aya itu, meninggal dalam bencana itu.

Rekaman yang beredar luas di media sosial setelah gempa menunjukkan seorang penyelamat bergegas menuruni bukit puing sambil membawa bayi mungil yang tertutup debu. Bayi yang baru lahir itu kemudian diidentifikasi sebagai anak dari pasangan Abdallah dan Afraa Mleihan. Keduanya meninggal dalam gempa bumi bersama anak-anak mereka yang lain di Kota Jandaris yang dikuasai oposisi di Provinsi Aleppo, Suriah.

Baca Juga

Bayi itu dirawat di Rumah Sakit Jihan di distrik Afrin, yang juga dikuasai oposisi. Ribuan orang ingin mengadopsi bayi Aya. Namun petugas medis menjaga bayi Aya hingga dapat memverifikasi identitas kerabatnya.

Pada Sabtu, bibi dari pihak ayah Hala dan pamannya Khalil al-Sawadi akhirnya menjemput keponakan mereka. Nama Aya disematkan oleh para dokter yang merawatnya. Setelah diadopsi oleh al-Sawadi, bayi Aya berganti menjadi Afraa yang diambil dari nama mendiang ibunya.

"Bayi ini sangat berarti bagi kami karena tidak ada yang tersisa dari keluarganya selain bayi ini.  Dia akan menjadi kenangan bagi saya, bagi bibinya dan bagi semua kerabat kami di desa ibu dan ayahnya,” kata al-Sawadi kepada Reuters.

Al-Sawadi menggendong Afraa yang terbungkus selimut merah muda. Sementara tangan lainnya menggendong putrinya yang baru lahir Ataa, dan terbungkus biru.  Ataa lahir tiga hari setelah gempa. Al-Sawadi akan membesarkan mereka bersama-sama.

“Ada prosedur hukum untuk mengonfirmasi hubungan genetik, serta tes DNA,” kata al-Sawadi kepada Reuters.

Lebih dari 5.800 orang tewas di seluruh Suriah akibat gempa pada 6 Februari. Sebagian besar di wilayah yang terkena dampak yaitu di Suriah utara yang dikuasai oposisi. Wilayah ini telah mengalami pengeboman selama bertahun-tahun sejak konflik pecah di Suriah pada 2011.

Jandaris adalah salah satu kota yang paling terpukul di bagian Suriah utara yang dikuasai oposisi. Di kota itu banyak anak yang menjadi yatim piatu akibat gempa. Kota-kota yang dikuasai pemerintah juga rusak parah.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement