Rabu 18 Jan 2023 21:56 WIB

70 Warga Afghanistan Tewas Akibat Gelombang Suhu Dingin Ekstrem

Sejak 10 Januari lalu, suhu di ibu kota Kabul dan beberapa kota merosot tajam.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Suhu yang dingin/ilustrasi
Foto: Wikimedia
Suhu yang dingin/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Setidaknya 70 warga Afghanistan tewas akibat gelombang suhu beku yang melanda negara tersebut. Cuaca ekstrem telah memperparah krisis kemanusiaan di sana.

Kementerian Penanggulangan Bencana Afghanistan mengatakan, 70 orang dan 70 ribu ternak tewas akibat suhu dingin selama delapan hari terakhir. "Musim dingin ini adalah yang terdingin dalam beberapa tahun terakhir," kata kepala kantor meteorologi Afghanistan Mohammad Nasim Muradi, Rabu (18/1/2023), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Sejak 10 Januari lalu, suhu di ibu kota Kabul dan beberapa provinsi lainnya di Afghanistan telah merosot tajam. Suhu di wilayah tengah Ghor bahkan menembus minus 33 derajat Celcius selama akhir pekan lalu.  

Di pedesaan-pedesaan Afghanistan, sekelompok keluarga tunawisma menangkal hawa dingin dengan berkerumun di sekitar api unggun. Sementara di Kabul yang sudah diselimuti salju, pemanas batu bara domestik diaktifkan oleh mereka yang lebih beruntung.

Beberapa provinsi di tengah dan utara Afghanistan, hujan salju lebat mengakibatkan jalanan hampir mustahil dilintasi. “Kami memperkirakan gelombang dingin akan berlanjut selama sepekan atau lebih,” kata Nasim Muradi.

Menurut lembaga-lembaga bantuan, lebih dari 38 juta penduduk Afghanistan menghadapi kelaparan selama musim dingin ini. Hampir sebanyak 4 juta anak di sana pun menderita kekurangan gizi. Sejak Amerika Serikat (AS) menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan pada Agustus 2021, kemudian Taliban mengambil alih kepemimpinan, krisis seketika membayangi Afghanistan.

Washington membekukan aset milik Bank Sentral Afghanistan senilai hampir 10 miliar dolar AS. Sejumlah lembaga donor pun menangguhkan bantuannya untuk Afghanistan. Kombinasi penangguhan dan pembekuan itu memberi pukulan keras bagi Taliban serta Afghanistan. Hingga saat ini belum ada satu pun negara yang mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement