Senin 28 Nov 2022 16:45 WIB

Ribat di Susa, Benteng Pertahanan yang Menyatu dengan Masjid

Selain sebagai pangkalan militer dan masjid, ribat juga berfungsi tempat tinggal.

Ribat di Susa, Tunisia.
Foto: blogspot.com
Ribat di Susa, Tunisia.

REPUBLIKA.CO.ID,  Susa (Sousse), di manakah ia berada? Ini adalah kota di pantai laut Mediterania, Tunisia. Pada zaman Byzantine, kota ini dikenal dengan nama Justianapolis, sebagai penghormatan kepada Justinian yang membangunnya kembali setelah dihancurkan oleh kaum Vandal.

Nah, di tengah Kota Susa ini terdapat bangunan besar yang disebut ribat, sebuah benteng pertahanan yang menyatu dengan masjid. Ribat ini didirikan pada masa pemerintahan Dinasti Aghlabiyah pada 851 M. Seiring dengan rencana penyerangan dan penaklukan Sisilia, saat itu Susa dijadikan pelabuhan utama dan pangkalan militer. Nah, pembangunan ribat berkaitan erat dengan posisi strategis Susa sebagai pangkalan militer tersebut.

Baca Juga

Menurut Andrew Peterson dalam Dictionary of Architecture, ribat merupakan tradisi yang timbul pada masa-masa awal perkembangan Islam di Afrika Utara. Selain sebagai pangkalan militer dan masjid, ribat juga berfungsi sebagai tempat tinggal.

Ribat di Susa hanya berjarak sekitar 500 meter dari bibir pantai Mediterania atau 140 km arah selatan Tunis, Ibu Kota Tunisia. Posisinya pun cukup dekat dengan Masjid Agung Susa. Bangunan ini didirikan oleh Sultan Zidayatullah, salah satu penguasa Dinasti Aghlabiyah. Aghlabiyah merupakan dinasti kecil yang muncul pada masa Abbasiyah. Penguasanya berasal dari keluarga Bani al-Aghlab.

Yulianto Sumalyo dalam buku Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim menulis, arsitektur ribat di Susa merupakan gabungan antara model tangsi tentara Romawi dan bangunan bertipe hypostyle. Dinding keliling segi empat sangat tebal menyatu dengan barak dan ruang-ruang lain. Ini dibuat semata-mata demi keperluan pertahanan.

Secara umum, ribat dibuat dengan desain sederhana tanpa banyak ornamen dekoratif. Dibangun dari material batu yang kokoh, ribat memiliki halaman dalam. Bentuknya segi empat mengikuti bentuk denah dinding keliling. “Dapat dipastikan dahulu halaman dalam berfungsi pula untuk kepentingan ketentaraan, latihan, upacara militer, dan lain-lain,” kata Yulianto.

Pada keempat sudut bangunan ini terdapat semacam menara pengawas yang berfungsi pula sebagai minaret. Tumpuan bawahnya berbentuk silindris sementara bagian atasnya berbentuk segi delapan beratap kubah.

Bentuk menara ini banyak dipengaruhi oleh gaya menara Dinasti Abasiyah yang banyak dibangun pada akhir abad kedelapan. Menara ini berketinggian rata-rata lima meter. Di menara ini terdapat balkon yang  “melayang” sekitar 31 meter di atas permukaan tanah. Selain sebagai  menara pengawas, menara ini juga berfungsi sebagai corong untuk menyiarkan azan atau memanggil warga untuk melakukan aktivitas ibadah. Di pucuk menara ini terdapat simbol bulan sabit dan bintang yang biasa diasumsikan sebagai tanda masjid.

Pengaruh arsitektur Romawi, menurut Yulianto, sangat terasa pada bangunan ini. Selain terlihat pada pelengkung di setiap ambang atas bukaan dan portico (bagian bangunan yang terdiri dari kolom-kolom penyangga dan atap, biasanya berfungsi sebagai selasar atau teras untuk memasuki sebuah bangunan), juga tampak pada konstruksi batu yang sangat kokoh sesuai dengan fungsi pertahanannya.

Pintu masuk ribat berketinggian enam meter dan lebar dua meter. Pintu ini diapit oleh pilar marmer antik dan kolom granit. Bagian terasnya memiliki lorong persegi kecil dan berkubah. Sementara itu, lantai dasar bangunan ini dibagi dalam 33 sel berukuran kecil. Sel-sel ini digunakan sebagai tempat tinggal.

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement