Jumat 14 Oct 2022 07:50 WIB

Rusia Dorong Penyelesaian Adil untuk Konflik Israel-Palestina

Rusia dinilai memiliki sipak berdasarkan resolusi fundamental PBB dan tak berubah.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas berbicara, selama pertemuan mereka di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Interaksi dan Langkah-langkah Membangun Kepercayaan di Asia (CICA), di Astana, Kazakhstan, Kamis, 13 Oktober 2022.
Foto: Vyacheslav Prokofyev, Sputnik, Kremlin Pool P
Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas berbicara, selama pertemuan mereka di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Interaksi dan Langkah-langkah Membangun Kepercayaan di Asia (CICA), di Astana, Kazakhstan, Kamis, 13 Oktober 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, ASTANA -- Rusia menginginkan penyelesaian yang adil untuk masalah Palestina-Israel sejalan dengan resolusi PBB. Hal ini diungkapkan Presiden Vladimir Putin dalam pertemuan dengan Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas pada Kamis (13/10/2022) di sela-sela pertemuan puncak regional di Kazakhstan.

"Rusia memiliki sikap berprinsip berdasarkan resolusi fundamental Perserikatan Bangsa-Bangsa dan tetap tidak berubah," kata Putin kepada Abbas, dilansir Middle East Monitor, Jumat (14/10/2022).

Baca Juga

Putin mengatakan, Moskow terus memantau perkembangan di Timur Tengah. Sementara mengenai kerja sama bilateral dengan Palestina, Putin mengatakan, banyak yang perlu dilakukan untuk meningkatkan hubungan ekonomi.

Abbas memuji posisi Rusia terkait penyelesaian konflik Palestina-Israel. Menurut Abbas, Rusia membela keadilan untuk hukum internasional. Dia juga menggarisbawahi krisis pangan di Palestina, dan meminta Rusia untuk mempercepat pengiriman biji-bijian.

"Kami percaya  Rusia memiliki posisi yang jelas tentang penyelesaian itu, dan saya benar-benar yakin bahwa itu tidak akan pernah berubah. Kami tahu betul bahwa Rusia membela keadilan, untuk hukum internasional," kata Abbas.

Abbas menekankan perlunya peran yang lebih besar dari Kuartet Timur Tengah, yang terdiri dari PBB, AS, Uni Eropa dan Rusia. Dia mengatakan kelompok itu harus memimpin penyelesaian Palestina-Israel, bukan negara atau organisasi individu.

Abbas menyatakan ketidakpercayaannya atas peran Washington dalam menyelesaikan konflik dengan Israel. Amerika Serikat secara tradisional merupakan perantara utama untuk menengahi konflik Israel dan Palestina. Pernyataan Abbas muncul pada saat AS dan Rusia berselisih mengenai invasi Moskow ke Ukraina.

“Kami tidak mempercayai AS. Kami tidak menerima AS, dalam kondisi apa pun, (sebagai) satu pihak dalam menyelesaikan masalah Timur Tengah,” kata Abbas, yang berbicara dalam bahasa Arab.

Abbas mengatakan, Palestina hanya akan mempertimbangkan mediasi AS jika itu adalah bagian dari kelompok mediasi internasional yaitu Kuartet Timur Tengah. Abbas tidak ingin AS melakukan monopoli dalam menyelesaikan konflik Israel dan Palestina.

"Kami tidak ingin Amerika, dengan dalih apa pun, hanya terlibat (seorang diri) dalam menyelesaikan masalah Palestina. (AS) itu bisa menjadi bagian dari kuartet, memainkan peran di sana, tetapi kami tidak akan pernah menerima monopolinya dalam masalah penyelesaian," kata Abbas.

 

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement