Rabu 21 Sep 2022 17:55 WIB

Masker Berteknologi Sensor Kini Bisa Deteksi Covid-19 dalam 10 Menit

Tak hanya Covid-19, masker berteknologi sensor juga bisa deteksi virus lainnya.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Tak hanya Covid-19, masker berteknologi sensor juga bisa deteksi virus lainnya.
Foto: www.freepik.com
Tak hanya Covid-19, masker berteknologi sensor juga bisa deteksi virus lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masker wajah berteknologi tinggi dengan sensor kini dilaporkan dapat mendeteksi Covid-19, flu, dan virus lainnya. Para ilmuwan telah mengembangkan masker canggih tersebut agar dapat mendeteksi virus di udara.

Masker ini disebut mampu mendeteksi virus bahkan konsentrasi sangat rendah dalam cairan atau gas. Temuan ini disebut-sebut sebagai sistem peringatan dini yang dapat membantu mencegah berjangkitnya beberapa penyakit menular.

Baca Juga

Masker terhubung ke perangkat elektronik dan sinyalnya dapat diproses secara real time, mengeluarkan peringatan cepat jika virus terdeteksi.

“Penelitian sebelumnya telah menunjukkan pemakaian masker wajah dapat mengurangi risiko penyebaran dan tertular penyakit,” kata Yin Fang, seorang ilmuwan material di Shanghai Tongji University, dan penulis studi tersebut.

“Jadi, kami ingin membuat masker yang bisa mendeteksi keberadaan virus di udara dan mengingatkan pemakainya,” kata peneliti, dikutip dari Euronews, Rabu (21/9/2022).

Dia mengatakan masker akan bekerja sangat baik di ruang tertutup, dan dikenal sebagai pengaturan berisiko tinggi untuk penularan virus.

 

Bagaimana cara kerja masker?

Masker ini dapat mendeteksi virus pernapasan umum di udara baik dalam tetesan atau aerosol, yang sebagian besar merupakan cara penyakit seperti Covid-19 atau H1N1 (juga dikenal sebagai flu babi) menyebar, ketika orang yang terinfeksi berbicara, batuk, atau bersin. Virus ini dapat tetap melayang di udara untuk beberapa waktu.

"Masker kami akan bekerja dengan sangat baik di ruangan dengan ventilasi yang buruk, seperti lift atau ruangan tertutup, di mana risiko terinfeksi tinggi," kata Fang.

Tim ilmuwan merancang sensor kecil dengan aptamers - sejenis molekul sintetis yang dapat mengidentifikasi protein unik patogen seperti antibodi. Mereka menggunakan tiga jenis aptamers, yang dapat mengenali protein permukaan SARS-CoV-2, H5N1, dan H1N1.

Transistor pada sensor masker dipicu setelah aptamers mengikat protein target, mengirimkan peringatan ke telepon pemakai masker dalam waktu 10 menit. Para ilmuwan menguji masker di ruang tertutup, menyemprotkan protein permukaan virus yang hanya mengandung sejumlah kecil virus ke masker.

Sensor mendeteksi sampel dengan sedikitnya 0,3 mikroliter cairan yang mengandung protein virus, di mana menurut Fang 70 hingga 560 kali lebih sedikit daripada volume cairan yang dihasilkan dalam satu bersin. Begitu juga jauh lebih sedikit daripada volume yang dihasilkan melalui batuk atau berbicara.

Peneliti menambahkan bahwa jika virus pernapasan baru muncul, masker dapat dengan mudah diperbarui untuk mendeteksinya.

“Dokter sangat mengandalkan pengalaman mereka dalam mendiagnosis dan mengobati penyakit. Tetapi dengan data yang lebih kaya yang dikumpulkan oleh perangkat yang dapat dikenakan, diagnosis dan pengobatan penyakit dapat menjadi lebih tepat,” kata Fang.

Timnya berharap dapat mempersingkat waktu deteksi dan meningkatkan sensitivitas sensor.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement