Selasa 12 Jul 2022 21:04 WIB

Video Game Bisa Bantu Anak ADHD

Video game dirancang dengan ahli saraf untuk memberikan rangsangan.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nora Azizah
Banyak orang tua yang khawatir jika anak terlalu sering bermain game.
Foto: Pixabay
Banyak orang tua yang khawatir jika anak terlalu sering bermain game.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang tua yang khawatir jika anak terlalu sering bermain game di komputer. Namun tidak dengan Kelcey Sihanourath, yang justru mempersilahkan putranya untuk bermain game di komputer. Putranya berusia 13 tahun, Owain, didiagnosis ADHD (attention deficit hyperactivity disorder).

Sejak diagnosis itu, keluarga yang tinggal di Savannah, Georgia, Amerika Serikat itu, telah membawa Owain ke ahli terapi okupasi, untuk membantu Owain mengatasi aktivitas kehidupan sehari-hari dengan lebih baik.

Baca Juga

Mereka juga mencoba jalur medis, tetapi harus berhenti setelah obat yang diresepkan memperburuk migrain reguler Owain, dan membuatnya sakit. Dengan ADHD yang terus mempengaruhi kegiatan sekolah Owain selama bertahun-tahun, Kelcey mengharapkan pilihan yang lebih baik.

“Saya bisa melihat dia berjuang untuk memahami mengapa dia tidak bisa fokus, dan frustrasi yang dia alami ketika dia berusaha begitu keras dan masih tetap terganggu. Itu menghancurkan hati saya, tetapi saya merasa terjebak dan sama sekali tidak berguna,” ucap Kelcey.

Dilansir dari BBC, Selasa (12/7/2022), akhirnya bantuan datang meskipun awalnya tampak sangat tidak sesuai yakni permainan komputer bernama EndeavourRx. Pada 2020, EndeavourRx menjadi game pertama yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) AS untuk digunakan dalam pengobatan ADHD pada anak-anak.

Saat ini hanya tersedia dengan resep dari dokter di AS, EndeavourRx sekilas terlihat sangat mirip dengan banyak game lain. Anak mengontrol alien kecil yang berlomba di pesawat ruang angkasa melalui dunia yang berbeda, dan harus mengumpulkan barang-barang.

Tetapi game berbasis aplikasi ini dikembangkan bersama dengan ahli saraf, serta dirancang untuk merangsang dan meningkatkan area otak yang memainkan peran kunci dalam fungsi perhatian.

Idenya adalah game ini melatih anak dengan ADHD untuk melakukan banyak tugas dengan lebih baik dan mengabaikan gangguan, dengan algoritme komputer yang mengukur kinerjanya dan menyesuaikan kesulitan permainan secara real time.

Ketika dokter meresepkannya, orang tua anak akan dikirimi tautan aktivasi yang diperlukan sebelum permainan dimainkan. Awalnya, Kelcey cukup skeptis akan hal ini, tetapi pada akhir 2020, Owain memulai program tiga bulan, bermain game selama 25 menit sehari.

“Owain mengakui itu sedikit lebih sulit dari yang dia harapkan. Tapi dia mengerti bahwa dia melakukannya untuk membantu meningkatkan fokusnya. Dia tetap sangat termotivasi meskipun ada kesulitan dan frustrasi yang menyertainya,” papar Kelcey.

Usai menyelesaikan setiap sesi, Kelcey mencatat perilaku harian Owain di aplikasi, dan melacak kemajuannya. Perlahan, Kelcey mulai melihat perubahan kecil yang positif dalam perilakunya. Misalnya, bersiap-siap ke sekolah menjadi lebih lancar dan tidak ada pesan negatif dari guru.

Dan setelah gagal di kelas lima, Owain kemudian melesat mendapatkan nilai A dan B untuk pekerjaannya. “Sungguh menakjubkan melihat putra saya begitu sukses, bahkan melihatnya memiliki kepercayaan diri. Dia tak lagi kesal dan bingung,” ujar Kelcey.

Kepala Eksekutif Akili (perusahaan teknologi yang berbasis di Boston di belakang EndeavourRx), Eddie Martucci, mengatakan bahwa game tersebut telah dirancang untuk meningkatkan kemajuan kognitif. Ternyata rangsangan sensorik bisa langsung merangsang bagian otak yang mengontrol fungsi kognitif.

Perusahaannya sekarang berencana untuk meluncurkan game itu di Eropa dalam beberapa tahun ke depan. Di London, aplikasi Inggris Thymia menggunakan permainan komputer untuk membantu dokter dan profesional medis lainnya, dalam mendeteksi dan mendiagnosis masalah kesehatan mental terutama depresi.

Baik Akili maupun Thymia, aplikasi mereka harus digunakan dengan pemantauan dan perawatan yang dipimpin oleh dokter, dan bukan sebagai pengganti obat-obatan atau terapi utamanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement