Rabu 01 Jun 2022 13:59 WIB

Malaysia Berhenti Ekspor Ayam, Restoran Nasi Hainan Singapura Terancam Tutup

Penjaja nasi hainan di Singapura selama ini andalkan pasokan ayam dari Malaysia.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Reiny Dwinanda
Nasi ayam hainan khas Singapura. Kedai nasi ayam hainan (chicken rice) di Singapura terancam tutup akibat terhentinya pasokan ayam dari Malaysia.
Foto: EPA/HOW HWEE YOUNG
Nasi ayam hainan khas Singapura. Kedai nasi ayam hainan (chicken rice) di Singapura terancam tutup akibat terhentinya pasokan ayam dari Malaysia.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Penghentian ekspor ayam oleh Malaysia sejak Rabu (1/6/2022) mendatangkan acaman tersendiri bagi bisnis kuliner nasi ayam Hainan, makanan khas Singapura. Restoran dan kios kaki lima di negara-kota itu pun dihadapkan pada kenaikan harga atau tutup sama sekali karena kekurangan pasokan ayam.

Pemilik tujuh kios OK Chicken Rice, Daniel Tan mengatakan, terhentinya pasokan ayam dari Malaysia akan menjadi bencana bagi penjual makanan sepertinya. Daniel tak akan bisa berjualan tanpa daging ayam.

Baca Juga

"Ini seperti McDonald's tanpa burger," katanya.

Daniel mengatakan, kios chicken rice-nya biasanya mencari unggas hidup dari Malaysia dan kini harus beralih menggunakan ayam beku untuk sepekan ke depan. Dia mengharapkan penjualan tetap laris meskipun pelanggan bereaksi terhadap perubahan kualitas hidangan.

Nasi ayam hainan adalah hidangan yang disukai oleh 5,5 juta orang di Singapura. Biasanya, hidangan yang terbuat dari sepiring ayam rebus sederhana dan nasi putih yang dimasak dalam kaldu dan disajikan dengan sayuran hijau itu tersedia secara luas dengan harga sekitar empat dolar Singapura (sekitar Rp 42 ribuan) di restoran.

Begitu ada pasokan dari Malaysia terhenti, kelangkaan atau kenaikan harga harus dihadapi konsumen. Larangan ekspor ayam Malaysia adalah tanda terbaru dari meningkatnya kekurangan pangan global karena negara-negara sedang terhuyung-huyung dari efek invasi Rusia ke Ukraina, cuaca ekstrem, dan gangguan pasokan terkait pandemi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement