Kamis 12 May 2022 06:27 WIB

Mentan Sebut Produksi Beras Surplus 9,63 Juta Ton karena Pupuk Terjamin

Petrokimia Gresik menyuplai sekitar 54 persen total alokasi pupuk bersubsidi nasional

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo.
Foto: Istimewa
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo.

REPUBLIKA.CO.ID, GRESIK—Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menuturkan, pertanian menjadi salah satu sektor yang terus tumbuh selama dua tahun Indonesia dihantam pandemi Covid-19. Ia mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada triwulan II 2020,  sektor pertanian berhasil tumbuh sebesar 16,24 persen.

Menurutnya, hal ini dapat terwujud berkat kontribusi Petrokimia Gresik dalam menjamin ketersediaan pupuk yang dibutuhkan dalam sektor pertanian. “Petrokimia Gresik ini sangat penting, apalagi sudah 50 tahun berjuang. Jadi negara Indonesia yang hebat ini, pasti ada tangan Petrokimia Gresik di dalamnya,” ujar Mentan dalam keterangan, Rabu (11/5/2022).

Baca Juga

Mentan memaparkan, kinerja sektor pertanian yang tumbuh ditengah pandemi Covid-19 dapat dilihat dari peningkatan ekspor pertanian selama dua tahun terakhir. Pada 2020 naik 15,79 persen dan tahun 2021 naik lagi menjadi 38,68 persen. Selain itu, juga dapat dilihat dari data Nilai Tukar Petani (NTP) atau kesejahteraan petani yang sudah berada di level 109 persen dari target yag dicanangkan dalam APBN di level 104-105 persen.

Dengan kinerja pertanian yang tumbuh, produksi beras nasional juga mengalami surplus 9,63 juta ton akhir tahun 2021. Sehingga Indonesia tidak perlu lagi impor beras, karena pemerintah berhasil memenuhi kebutuhan komoditas pangan utama nasional. “Orang bilang kalau tidak impor beras akan menjadi bencana bagi negeri, ternyata nggak tuh, karena ada Pupuk Indonesia dan Petrokimia Gresik yang bekerja di lapangan,” tegasnya.

Meski kinerja pertanian meningkat, Mentan Syahrul mengakui ada beberapa tantangan yang akan dihadapi Indonesia ke depan. Mulai dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan, perubahan iklim yang ekstrem, hingga perang Rusia-Ukraina yang berdampak pada pasokan bahan baku pupuk.

Direktur Utama Pupuk Indonesia, Bakir Pasaman mengaku, dukungan Pupuk Indonesia terhadap ketahanan pangan diimplementasikan dari penyaluran pupuk bersubsidi yang sesuai dengan regulasi. Dimana saat ini stok pupuk bersubsidi dari Lini I hingga Lini III tersedia 1,4 juta ton.

Di Lini III sendiri, terdapat stok sekitar 400 ribu ton dan angka tersebut secara persentase sudah 137 persen atau melebihi dari ketentuan stok minimum yang ditetapkan pemerintah. Stok ini cukup untuk memenuhi kebutuhan pupuk petani hingga tiga pekan kedepan.

“Sedangkan dalam rangka meningkatkan layanan kepada konsumen dalam hal ini petani, tahun ini Pupuk Indonesia tengah menyiapkan 1.000 kios pupuk non-subsidi," ujarnya.

Bakir menambahkan, dalam rangka memenuhi tantangan pemerintah untuk mencukupi kebutuhan NPK mencapai 6 juta ton, saat ini Pupuk Indonesia terus melakukan peningkatan kapasitas. Dimana akan ada penambahan kapasitas 500 ribu ton dari Pupuk Iskandar Muda, yang merupakan anggota holding Pupuk Indonesia. Pabrik tersebut nantinya juga akan dioperasikan Petrokimia Gresik yang merupakan pioneer NPK di Indonesia.

Sementara itu, Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo menyampaikan bahwa Petrokimia Gresik yang akan memasuki gold anniversary memiliki sejarah panjang dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Petrokimia Gresik menjadi pioneer dalam sejumlah teknologi pertanian, diantaranya pertama di Indonesia yang memproduksi pupuk phosphate tahun 1979, kemudian pupuk NPK (2000), pupuk organik granul (2005), dan pupuk organik cair (2021).

Petrokimia Gresik menyuplai sekitar 54 persen dari total alokasi pupuk bersubsidi nasional. "Dalam pelaksanaannya, Petrokimia Gresik selalu siap menjalankan amanah pemerintah, termasuk penyesuaian kebijakan subsidi nantinya," tutur Dwi Satriyo.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement