Jumat 29 Apr 2022 22:56 WIB

Intelijen Belanda Peringatkan Peningkatan Ancaman Serangan Teroris Sayap Kanan 

Kelompok sayap kanan ekstrem memperoleh lebih banyak pengikut.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Terorisme
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Terorisme

REPUBLIKA.CO.ID, ROTTERDAM --- Badan Keamanan dan Intelijen Belanda (AIVD) memperingatkan, kemungkinan serangan teroris oleh kelompok sayap kanan ekstrem semakin meningkat. Menurut laporan itu, ada risiko ideologi radikal di Belanda yang akan mengarah pada niat ekstremis dan penggunaan kekerasan.

Dalam laporannya, AIDV mengatakan, kelompok sayap kanan ekstrem memperoleh lebih banyak pengikut dan menarik lebih banyak perhatian pada 2021. Kelompok-kelompok ini memuji kekacauan, mengecualikan minoritas, dan menutup mata terhadap kekerasan dengan tujuan revolusi kekerasan di Belanda.

 

Kekerasan menjadi hal yang lumrah di antara kelompok sayap kanan. Selain itu anggotanya mengagungkan kekerasan dalam obrolan di grup chat online yang tertutup.

 

Badan intelijen juga menaruh perhatian besar pada gerakan ekstremis sayap kanan teroris, yang dikenal sebagai "akselerasiisme". Gerakan ini merupakan seperangkat ide dalam teori kritis dan sosial yang mengusulkan, proses sosial seperti pertumbuhan kapitalis dan perubahan teknologi harus dipercepat secara dramatis agar menciptakan perubahan sosial radikal lebih lanjut.

 

Para pendukung percaya, perang rasial akan segera terjadi. Karena itu, gerakan sayap kanan bertujuan mempercepat terjadinya perang rasial dengan melakukan serangan.

 

"Kelompok-kelompok ini memiliki ratusan pengikut dan akan terus meningkat. Diperkirakan hanya sebagian kecil orang yang ingin menggunakan kekerasan teroris itu sendiri, tetapi sulit untuk memprediksi siapa yang akan mengambil langkah itu,” ujar laporan AIDV, dilansir Anadolu Agency, Jumat (29/4).

 

Laporan tersebut menyatakan, diskriminasi berdasarkan ras, jenis kelamin, orientasi seksual, dan agama diterima secara umum. Hal ini akan melemahkan tatanan hukum yang demokratis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement