Selasa 22 Mar 2022 22:25 WIB

Warga Mariupol: Sudah tidak Ada Lagi Gedung

Pengepungan kota Mariupol buat warga tak kmemiliki makanan, air bersih dan listrik.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Pabrik metalurgi Azovstal terlihat di pinggiran kota Mariupol, Ukraina timur, Rabu, 23 Februari 2022.
Foto: AP Photo/Sergei Grits
Pabrik metalurgi Azovstal terlihat di pinggiran kota Mariupol, Ukraina timur, Rabu, 23 Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, MARIUPOL — Warga Kota Mariupol, Ukraina yang dikepung pasukan Rusia menggambarkan kondisi kota pelabuhan tersebut. Pengepungan membuat warga tidak memiliki makanan, air bersih dan listrik.

Jalur komunikasi dan jalan-jalan kota yang menjorok ke Laut Azov itu juga terputus. Citra satelit komersial menunjukkan asap membumbung tinggi dari gedung-gedung yang baru terkena tembakan artileri Rusia.

Baca Juga

"Sudah tidak ada lagi gedung-gedung," kata Maria Fiodorova, warga Mariupol di perbatasan Ukraina-Polandia Senin (21/3/2022) kemarin.

Perempuan berusia 77 tahun itu melakukan perjalanan selama lima hari. Sementara itu warga Mariupol lainnya yang melarikan diri ke Lviv, Olga Nikitina, mengatakan tembakan pasukan Rusia menghancurkan kaca jendela apartemennya yang membuat tempat tinggalnya itu sangat dingin.

"Pertempuran terjadi di setiap jalan, semua orang menjadi target," katanya.

Kendaraan berbaris panjang di jalanan Bezimenne, timur Mariupol. Warga kota menuju tempat penampungan sementara yang didirikan separatis pro-Rusia di wilayah Donetsk. Sekitar 5.000 orang dari Mariupol telah berada di kamp pengungsi tersebut. Banyak mobil tanda bertuliskan "anak-anak" dalam bahasa Rusia.

Seorang perempuan yang mengaku bernama Yulia mengatakan ia dan keluarganya mencari perlindungan di Bezimenne. Setelah bom menghancurkan enam rumah di belakang rumahnya.

"Itu mengapa kami masuk mobil, dengan resiko kami sendiri, dan berangkat dalam 15 menit karena di sana semuanya hancur, mayat-mayat berbaring di jalanan, mereka tidak mengizinkan kami lewat di mana-mana, ada penembakan," katanya.

Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan Senin kemarin melalui koridor kemanusiaan lebih dari 8.000 orang mengungsi ke daerah yang lebih aman. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan tembakan Rusia ke koridor kemanusiaan melukai empat orang anak-anak yang hendak keluar Mariupol.

Invasi Rusia ke Ukraina memaksa hampir 3,5 juta orang mengungsi. PBB mengkonfirmasi 900 kematian warga sipil tapi mengatakan angka sebenarnya dapat lebih tinggi lagi. Jumlah pasukan Rusia yang tewas bervariasi tapi diperkirakan di sekitar ribuan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement