Ahad 20 Feb 2022 16:46 WIB

Kelompok HAM Turki Protes Larangan Penggunaan Jilbab di India

Gadis Muslim dilarang masuk kelas di beberapa kampus di India, karena memakai jilbab.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Dwi Murdaningsih
 Wanita Muslim mengenakan Hijab (jilbab) dengan teman-teman makan siang di Government Pre-University College di Bangalore, India, 16 Februari 2022. Pengadilan Tinggi Karnataka mendengar pada 16 Februari petisi yang menentang larangan hijab di lembaga pendidikan sebagai perguruan tinggi pra-universitas dibuka setelah ditutup selama seminggu, karena deretan hijab. India telah mengalami peningkatan jumlah kejahatan kebencian dan serangan terhadap Muslim, Kristen, dan Minoritas dalam beberapa bulan terakhir.
Foto: EPA-EFE/JAGADEESH NV
Wanita Muslim mengenakan Hijab (jilbab) dengan teman-teman makan siang di Government Pre-University College di Bangalore, India, 16 Februari 2022. Pengadilan Tinggi Karnataka mendengar pada 16 Februari petisi yang menentang larangan hijab di lembaga pendidikan sebagai perguruan tinggi pra-universitas dibuka setelah ditutup selama seminggu, karena deretan hijab. India telah mengalami peningkatan jumlah kejahatan kebencian dan serangan terhadap Muslim, Kristen, dan Minoritas dalam beberapa bulan terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Kelompok hak asasi di Turki mengadakan aksi protes, menentang larangan penggunaan jilbab di negara bagian Karnataka, India. Protes dilakukan di ibukota Istanbul, Sabtu (19/2/2022).

Aksi tersebut diprakarsai oleh Free Thought and Educational Rights Society (Ozgurder) dan Association for Human Rights and Solidarity for the Oppressed (Mazlumder).  Beberapa warga terlihat berkumpul di sekitar Konsulat Jenderal India.

 

Dilansir di Anadolu Agency, Ahad (20/2/2022), hal ini dilakukan menyusul laporan yang menyebut gadis-gadis Muslim dilarang masuk kelas di beberapa perguruan tinggi India, karena mengenakan jilbab.

 

Ketua Ozgurder, Ridvan Kaya, mengatakan larangan itu adalah puncak dari kecenderungan anti-Muslim dan nasionalisme India, yang semakin berani dalam beberapa tahun terakhir. Dia juga menggarisbawahi "penindasan" terhadap 200 juta Muslim India harus diakhiri.

 

Di sisi lain, seorang aktivis hak asasi manusia dan pengacara Gulden Sonmez menekankan, larangan yang terjadi di India itu tidak dapat diterima. "Kami tidak menyetujui larangan pakaian komunitas agama apapun," katanya.

 

Perdebatan seputar penggunaan hijab dimulai ketika siswa perempuan Muslim dilarang menghadiri kelas, di sebuah perguruan tinggi negeri di distrik Udupi, Provinsi Karnataka barat daya, bulan lalu. Larangan ini disampaikan karena mereka mengenakan jilbab. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement