Senin 07 Feb 2022 06:28 WIB

Hitchkock Style dalam Lukisan Raden Saleh yang Geram Atas Pengkhianatan Jendral de Kock

Raden Saelh berdarah syarif Arab dan menak Cianjur

Lukisan
Foto: wikimedia
Lukisan

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan, dan Budayawan Betawi.

Pelukis Raden Saleh lahir di Semarang pada 1811. Ayahnya Sayyid Hussein bin Alwi bin Awal. Ibunya Raden Ayu Syarif Husein bin Alwi bin Awal.

Sejak kecil ia tinggal di rumah pamannya bupati Semarang Suryamenggala. Dari 1820--1829 berpindah-pindah tinggal Cianjur, Bogor, dan Semarang. Tampaknya dari garis ibu Raden Saleh memiliki darah menak Cianjur.

Berita penculikan Pangeran Diponegoro oleh de Kock Belanda membuat kaget dan marah kalangan elite komunitas zona ekonomis Semarang. Mereka ke Magelang, tempat Pangeran ditahan dan mereka menuntut de Kock membebaskan sang pangeran.

Seorang ahli seni lukis asal Jerman, Werner Kraus, setelah mengamati lukisan Raden Saleh tahun 1857 merasa yakin ada tokoh Raden Saleh dalam lukisannya itu, foto lukisan atas.

Mengapa Raden Saleh yang hadir di Magelang awal 1830 baru melukisnya tahun 1857? Jawabnya, karena ia marah. Melihat lukisan Nicolus Belanda dengan tema serupa tapi Pangeran digambarkan sangat loyo.

Alfred Hitckock dalam setiap filmnya suka memunculkan sosoknya dalam sebuah scene di film.

photo
Keterangan foto: Salah satu lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro yang dibuat seniman Belanda yang membuat kesal Pangeran Diponegoro- (Arsip Nasional )

 

Saya kenal seorang bassist jazz yang biasa bermain antara lain  Bill Saragih dan drummer asal Filipina Domingo Roda, namanya Kismet Rasat. Kismet mendapat story tentang Raden Saleh dari temannya seorang pelukis Belanda.

Kisahnya, Raden Saleh pada suatu hari di rumahnya di Cikini ketamuan pelukis yang baru datang dari Holland. Deze Hollander minta izin melukis di halaman rumah Raden Saleh yang tertutup rerumputan hijau sementara banyak pohon-pohon tumbuh dengan segar yang sesekali bergoyang dihempas angin dari Kali Pasir.

Raden Saleh menemani bulé melukis sembari duduk-duduk drinken koffee en ciplak-ciplak roti. Bulé melukis bunga. Klaar lukisan cat  belum kering. Lukisan bunga dijemur. Bulé menemani Raden Saleh duduk-duduk lagi.

Sekitar setengah jam kemudian dua ekor kupu-kupu yang lucu hinggap sekejap di lukisan bunga dan pergi lagi. Bulé tertawa-tawa. Bangga. Raden Saleh bangun lalu menuju rumah dan menutup pintunya.

Malam harinya di beranda hotel des Galleries Harmonie tempat seniman-seniman kumpul, juga biasanya Raden Saleh tapi malam itu tak ada, kasus kupu-kupu jadi pergunjingan.

Seminggu sudah Raden Saleh tak nampak. Para seniman waswas. Mereka saling berjanji mau ke rumah Raden Seleh di hari esok.

Esok hari mereka dapatkan rumah Raden Saleh tertutup dan gelap.

Seseorang mengintip dari lobang jendela model gambang. Lalu teriak, Saleh bunuh diri. Semua berebut ngintip. "Ya hij ist mati. Panggil polisi!"

Polisi buka satu pintu, semua berebut masuk dan langsung jatuh duduk. Yang.mereka lihat cuma lukisan Raden Saleh gantung diri. Tiba-tiba Raden Saleh ke luar dari kamarnya tanpa kata berdiri saja.

Tak ada suara semua terdiam. Seorang pelukis sepuh bicara sambil hadapkan muka ke pelukis bunga.

"Kamu datang dari Belanda cuma buat verkleneren Raden Saleh yang kita orang disini begitu hormat akan dia. Cat minyak yang kamu campur pewangi menipu kupu-kupu pun cuma sekejap . Jij pelukis zonder ethic. Kita orang disini jadi minderwaardig gara-gara kamu, karena Raden Saleh jadi terpaksa hunjuk bakatnya yang luar biasa haibat sebagai pelukis besar. Pulang naar Holland maar, bikin apa jij di négri Betawie."

photo
Wajah Raden Saleh terselip dalam lukisan Penangakapan Pangeran Dipoengoro. Raden Saleh sengaja menggambar wajahnya di situ sebagai ekpresi dirinya sebagai pendukung perjuangan Pangeran Diponegoro - (Ridwan Saidi)

 

 *(Terima kasih untuk pelukis Iwan Aswan bin Naseh yang support saya siapkan tulisan yang ini)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement