Senin 31 Jan 2022 11:12 WIB

Nasihat Dua Mantan Perdana Menteri Sutan Syahri dan M Natsir: Apa Itu Menjiwai Kekuasaan?

Bekuasaan harus dijiwai dengan keadilan, bukan cuma digunakan

Foto atas dari kiri ke kanan:  Mr Amir Sjarifoeddin Harahap, Sutan Sjahrir dan Mr Mohammad Roem saat menghadiri rapat pleno KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) ke 5 di Malang pada Tahun  1947.
Foto: Cas Oorthuys / Nederlands Fotomuseum.
Foto atas dari kiri ke kanan: Mr Amir Sjarifoeddin Harahap, Sutan Sjahrir dan Mr Mohammad Roem saat menghadiri rapat pleno KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) ke 5 di Malang pada Tahun 1947.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan, Budayawan Betawi.

Foto atas dari kiri ke kanan:  Mr Amir Sjarifoeddin Harahap, Sutan Sjahrir dan Mr Mohammad Roem saat menghadiri rapat pleno KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) ke 5 di Malang pada Tahun  1947 Sumber foto : Cas Oorthuys / Nederlands Fotomuseum.

Mantan Perdana Mentri Sutan Syahrir pernah berkata,"Banyak orang cuma thau menggunakan alat-alat kekuasaan, tetapi tidak  menjiwai kekuasaan!"

Mungkin salah satu breakdown ucapan Syahrir itu ada pada nasihat Natsir padaku: Saidi, berpolitiklah tapi tidak dengan dendam.

Ucapan kedua tokoh itu tampaknya empiris. Natsir keluar dari pedalaman Sumatera Barat karena PRRI 1959 dan langsung ditahan padahal janjinya Presiden Sukarno akan memberi amnesti. Sutan Syahrir juga ditahan tahun 1960 tanpa kesalahan apa pun. 

Baca juga : Soal Rencana Pemetaan Masjid, Ketua DMI: Naif dan Mengada-ada!

Menurut Mr Roem padaku, selama dalam tahanan Syahrir banyak di kamar. Sedangkan tahanan lain duduk-duduk berbincang-bincang di halaman mengisi waktu luang. Pada awal 1966 Syahrir sakit keras dan diterbangkan ke Swiss untuk dirawat. Tak lama beliau wafat. 

Jadi maksud menjiwai kekuasaan itu merupakan missi rohani, selain missi politik dan ideologi. Itulah keadilan dan kejujuran.

Perlakuan terhadap para bekas pemimpin Masyumi dan PSI memang tidak adil dan tidak jujur. Mereka ditahan bertahun-tahun tanpa diadili. Namun, mendengar cerita Rahmawati tentang derita hari-hari terakhir kehidupan Sukarno, ayahnya, memang mengharukan.

Syahrir berkata kekuasaan harus dijiwai, bukan cuma digunakan. Yang tak dikatakan Syahrir tentang balance of power. Tanpa penjiwaan menjadi imbalance power yang proses rebalancing kelak harus dibayar pengguna kekuasaan itu sendiri. 

Power itu enerji, enerji punya hukum sendiri.

Ingat kan hukum kekekalan kekekalan enerji: E = 1.

Baca juga : AHY akan Hadiri Pengukuhan PBNU di Balikpapan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement