Rabu 08 Dec 2021 21:01 WIB

Presiden Tunisia Kais Saied Sambut Kedatangan Abbas

Abbas dan Saied bahas peningkatan hubungan bilateral Palestina-Israel.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Tunisia Kais Saied.
Foto: AP/Slim Abid/Tunisian Presidency
Presiden Tunisia Kais Saied.

REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Presiden Tunisia Kais Saied menyambut kunjungan Presiden Palestina Mahmoud Abbas ke negaranya, Selasa (7/12). Abbas memenuhi undangan Saied untuk berkunjung ke Tunisia.

Seperti dilaporkan laman kantor berita Palestina, WAFA, Abbas disambut Saied di Bandara Internasional Tunis-Carthage. Upacara penyambutan turut dihadiri para pejabat tinggi Tunisia dan pejabat dari Kedutaan Besar Palestina di Tunis.

Baca Juga

Selama kunjungannya, Abbas dan Saied akan membahas upaya meningkatkan hubungan bilateral Palestina-Tunisia. Mereka pun bakal membicarakan isu regional serta internasional yang menjadi kepentingan bersama. Saat ini, Abbas memang tengah melakukan tur Afrika Utara.

Sebelum Tunisia, Abbas terlebih dulu mengunjungi Aljazair dan bertemu Presiden Abdelmajid Tebboune. Menurut laporan Ennahar TV, dalam pertemuan itu Tebboune mengatakan negaranya akan memberikan hibah senilai 100 juta dolar AS ke Palestina. Dia pun menyampaikan Aljazair akan segera menjadi tuan rumah pertemuan faksi-faksi Palestina.

Aljazair, di bawah pemerintahan Tebboune, teguh mempertahankan dukungan kepada Palestina. Dalam sebuah wawancara dengan majalah mingguan Prancis, Le Point, Juni lalu, dia menegaskan tak akan melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel. "(Kami) tidak akan melakukannya (normalisasi) selama tidak ada negara Palestina,” ujar tokoh berusia 75 tahun itu.

Tahun lalu, terdapat empat negara Muslim yang melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel, yakni Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), Sudan, dan Maroko. Pemerintahan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjembatani semua proses normalisasi tersebut.

Palestina mengecam keras langkah yang diambil keempat negara itu. Menurutnya, apa yang mereka lakukan merupakan "tusukan dari belakang" bagi perjuangannya memperoleh kemerdekaan. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement