Sabtu 13 Nov 2021 15:39 WIB

Balai Cagar Budaya Jateng Restorasi Situs Liyangan

Restorasi dilakukan di bagian petirtaan, talud, dan struktur batur.

Pengunjung memotret bangunan candi yang telah selesai direstorasi di situs Liyangan kawasan lereng gunung Sindoro Dusun Liyangan, Purbosari, Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, Kamis (11/11/2021). Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Tengah melaksanakan pemugaran sejumlah bangunan bersejarah di situs Liyangan yang merupakan peninggalan Mataram kuno agar bisa utuh menyerupai bentuk aslinya.
Foto: ANTARA /Anis Efizudin
Pengunjung memotret bangunan candi yang telah selesai direstorasi di situs Liyangan kawasan lereng gunung Sindoro Dusun Liyangan, Purbosari, Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, Kamis (11/11/2021). Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Tengah melaksanakan pemugaran sejumlah bangunan bersejarah di situs Liyangan yang merupakan peninggalan Mataram kuno agar bisa utuh menyerupai bentuk aslinya.

REPUBLIKA.CO.ID,TEMANGGUNG -- Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Tengah merestorasi kawasan Situs Liyangan di lereng Gunung Sindoro di Desa Purbosari, Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Kepala Kelompok Kerja (Kapokja) Pemugaran BPCB Provinsi Jateng Eri Budiarto mengatakan restorasi dilakukan di bagian petirtaan, talud, dan struktur batur di halaman tiga. Menurut dia, restorasi bagian talud dikerjakan pada Mei hingga Agustus 2021, kemudian restorasi petirtaan bulan Agustus sampai November 2021.

Ia menyampaikan sekarang pihaknya mengerjakan struktur batur yang merupakan bagian bawah candi dan sebagian badan candi yang ditargetkan selesai pada pertengahan Desember 2021.

"Kami hanya menemukan data berupa struktur batur dan sebagian tubuh, sedangkan bagian atasnya belum ditemukan. Kalau melihat dari strukturnya memang candi, namun bagian tubuh hanya sebagian ditemukan, sedangkan atap belum ada," katanya, Sabtu (13/11).

Menurut dia, dalam pengerjaan struktur batur saat ini baru menyusun semacam percobaan, nanti dibongkar lagi terus baru dipasang lagi dengan penguatan.

Ia menuturkan dalam restorasi ini pihaknya juga menggunakan batu baru untuk mengganti batu asli yang hilang. "Dalam penggunaan batu pengganti ini kami sesuaikan dengan kondisi aslinya, yaitu menggunakan batu andesit hitam, andesit merah atau batu putih," katanya.

Ari menyebutkan dalam restorasi petirtaan menggunakan batu baru sekitar 30-35 persen, yang berupa batu putih.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement