Jumat 12 Nov 2021 19:06 WIB

PPB akan Berikan Bantuan Kemanusiaan untuk Lebanon

Bantuan diharapkan bisa menjangkau 800 ribu warga.

Rep: Mabruroh/ Red: Dwi Murdaningsih
 Pasukan militer Lebanon terlihat melalui kaca kendaraan yang pecah setelah mereka dikerahkan di daerah bentrokan di lingkungan Tayouneh, pinggiran selatan Beirut, Lebanon, 14 Oktober 2021. Sedikitnya enam orang tewas dan 20 terluka dalam unjuk rasa di Beirut diorganisir oleh gerakan Hizbullah dan Amal untuk menuntut pemecatan penyelidik utama ledakan di Beirut.
Foto: EPA-EFE/NABIL MOUNZER
Pasukan militer Lebanon terlihat melalui kaca kendaraan yang pecah setelah mereka dikerahkan di daerah bentrokan di lingkungan Tayouneh, pinggiran selatan Beirut, Lebanon, 14 Oktober 2021. Sedikitnya enam orang tewas dan 20 terluka dalam unjuk rasa di Beirut diorganisir oleh gerakan Hizbullah dan Amal untuk menuntut pemecatan penyelidik utama ledakan di Beirut.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Kepala Program Pangan Dunia PBB (WFP) mengatakan pada Kamis (11/11) bahwa lembaganya berencana memberikan bantuan kemanusiaan untuk Lebanon. Bantuan tersebut rencananya akan diberikan sebesar 60 juta dolar AS (Rp 852 miliar) hingga 65 juta dolar AS (Rp 923 miliar) kepada 800 ribu warga Lebanon.

Dilansir dari Bernama, Jumat (12/11), Presiden Lebanon Michel Aoun menerima Direktur Eksekutif WFP David Beasley dan delegasinya di istana Kepresidenan Baabda di ibukota Beirut. Besley berharap, bantuan yang akan diberikan dalam dua bulan mendatang dapat membantu 800 ribu warga Lebanon.

 

Saat ini kata dia, WFP masih berupaya mengontak negara-negara donor untuk meningkatkan kontribusi keuangan mereka.

 

Sementara itu, Presiden Aoun mengatakan tingkat kemiskinan di negara itu sekitar 74 persen dari total populasi. Tingkat kemiskinan bisa mencapai 82 persen jika tidak diambil langkah-langkah yang diperlukan. Dengan bantuan WFP ini, Presiden Aoun berharap akan berhasil dalam pekerjaannya untuk mencapai tujuan membantu 1,6 juta orang Lebanon pada Mei mendatang.

 

Sejak akhir 2019, Lebanon telah bergulat dengan beberapa tantangan domestik terberat, termasuk devaluasi mata uang di mana pound Lebanon kehilangan hampir semua nilainya terhadap dolar AS bersama dengan kekurangan bahan bakar dan obat-obatan.

 

Angka menunjukkan bahwa lebih dari enam juta orang Lebanon tinggal di dalam negeri sementara 16 juta orang tinggal di diaspora.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement