Sabtu 09 Oct 2021 11:43 WIB

Tragedi Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) 1970

Ketika Orde baru tak mau beri angin kepada Masyumi.

Djarnawi Hadi Kusumo
Foto: PP Muhammadiyah
Djarnawi Hadi Kusumo

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Budayawan Betawi, dan Sejarawan.

Keinginan sejumlah tokoh Islam untuk rehabilitasi partai Masyumi pasca tragdei G30 S PKI tidak diridhai penguasa Orse Baru. HMI satu dari 18 ormas Islam yang mufakat mendirikan partai Islam  baru Parmusi dengan ketua umum Djarnawi Hadi Kusumo yang saat itu Sekjen PP Muhamadiah. Ia dipercaya jadi Ketum Partai Muslimin Indonesia bentukan ormas-ormas Islam ex Masyumi dan simpatisan.

Tampaknya diam-diam tokoh Masyumi dukung Parmusi. Yang vokal Buya Hamka. Sedang asyik-asyiknya memandang-mandang Parmusi, tak lama, muncul Parmusi tandingan pimpinan John Naro. 

Maka terjadi pecah partai, pecah polemik. Umat Islam desak Djarnawi agar tidak mengalah. Dukungan mengalir pada Jarnawi. Sekjen Parmusi Lukman Harun gesit kian kemari galang dukungan. Kung kung kung  ummat kompak dukung Jarnawi.

Suatu hari tak disangka Djarnawi menghadap Mendagri  Amir Machmud dan serahkan soal Parmusi  pada Amir Machmud.

Ummat kecewa berat. Saat itu saya Sekjen HMI. Saya temui Buya Hamka di rumahnya. Beliau di halaman rumah mau pergi.

Hamka: Ada apa Ridwan? 

Ridwan Saidi: Gimana Parmusi, Buya? Kok pak Djarnawi menyerah? Hamka: (sambil angkat telapak tangannya diangkat ke udara) menjawab:" Inilah Ridwan, Buya kira dia itu ayam Kinantan, Buya timang-timang pula (telapak digerakkan atas bawah), tak taunya dia berak di tangan. Sudah ya. (buya masuk mobil).

Sebagai aktivis anda pernah mengalami diberaki pseudo ayam KINANTAN, pan? asyik kan ye?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement