Jumat 08 Oct 2021 10:53 WIB

Di Balik Ketegangan Iran dan Azerbaijan, Ada Apa?

Teheran khawatir Azerbaijan dijadikan basis Israel jika terjadi perang dengan Iran.

Presiden Iran Ebrahim Raisi.
Foto: AP/Vahid Salemi
Presiden Iran Ebrahim Raisi.

Oleh : Teguh Firmansyah, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Hubungan Iran dan Azerbaijan memanas dalam beberapa waktu terakhir. Latihan militer yang dilakukan Iran di perbatasan dilihat sebagai sesuatu hal yang tak biasa.

Selama 30 tahun Azerbaijan merdeka dari Uni Sovyet, baru pertama kali Iran menggelar latihan militer di perbatasan tersebut. Iran mengerahkan helikopter, drone, artileri, maupun pasukan bersenjata.

Latihan militer Iran boleh dibilang seolah memberi sinyal peringatan ke Azerbaijan, agar tak macam-macam. Ada tiga hal yang setidaknya dirisaukan oleh Iran.

Pertama yakni persoalan ekonomi di perbatasan. Iran dan Azerbaijan berbagi perbatasan di sepanjang 700 kilometer. Pada perang Nogorno-Karabakh 2020 lalu, Azerbaijan berhasil menguasai wilayah perbatasan dengan Iran dari milisi Republik Asrtsakh yang didukung militer Armenia.

Bagi Iran, kemenangan Azeri tidaklah menguntungkan. Mengapa demikian? Karena selama ini Iran menikmati jalur perdagangan melewati Karabakh tanpa hambatan. Jalur tersebut menghubungkan Iran menuju Asia barat dan Rusia. Truk-truk Iran bisa melintas tanpa harus membayar pajak. Namun setelah Azerbaijan berkuasa, Presiden Ilham Aliyev mengenakan pajak ke kendaraan Iran. Salah satu sopir Iran bahkan sempat ditahan.

Faktor kedua yang menjadi ketidaksenangan Iran adalah hubungan romantis Baku dengan Israel. Harus diakui kemenangan Azerbaijan atas Armenia salah satunya tak terlepas dari pasokan senjata dan drone canggih dari Israel. Pada tahun ini saja Azerbaijan hendak membeli senjata dari Tel Aviv senilai 2 miliar dolar AS. Sejumlah alat militer yang diincar Azerbaijan termasuk misil balistik. Senjata-senjata ini dibutuhkan untuk mengantisipasi perang Karabkah melawan Armenia yang mungkin saja bisa terjadi ke depan.

Teheran khawatir, Azerbaijan hanya dimanfaatkan oleh Israel sebagai tempat untuk memata-matai Iran lebih dekat. Tak hanya itu, Iran jauh lebih khawatir jika Azerbaijan dijadikan basis oleh Israel untuk menyerang jika terjadi perang. Seperti diketahui, Israel berulangkali menggaungkan nada perperangan terhadap Iran. Bagi rezim Zionis, Iran yang dianggap mempunyai senjata nuklir merupakan ancaman nyata di kawasan. 

Faktor ketiga yang juga menjadi perhatian Iran adalah aliansi trilateral antara Azerbaijan, Turki dan Pakistan. Ketiga negara tersebut akan menggelar latihan miltier di Baku pada 12 September.  Mengapa Iran kurang senang dengan kehadiran Turki? Menurut mantan dubes AS untuk Azerbaijan Matthew Bryza semua bisa dtarik dari kekhawatiran dominasi populasi berbahasa Turki yang mayoritas dipakai etnis Azerbaijan di utara Iran. Teheran khawatir akan ada gerakan oposisi atau separatis etnis Azerbaijan terhadap Iran. Apalagi setelah kemenangan Baku atas Yerevan di Nogorno Karabakh. 

Seperti diketahui, selain Israel, Turki menjadi negara utama yang berada di balik kemenangan Azerbaijan. Drone-drone Turki ikut menghancurkan pasukan Armenia. Bahkan sejumlah kabar menyebut Turki telah mengirimkan milisinya untuk membantu pasukan Azerbaijan. Inilah yang juga dikhawatirkan Iran bahwa milisi-milisi itu kini masih ada di perbatasan dan belum balik ke negara asal.

Melihat apa yang terjadi saat ini, dapat dipastikan bahwa kondisi keamanan di Kaukasus masih akan banyak tantangan ke depan. Gesekan di perbatasan mungkin masih akan terjadi dan bisa jadi meluas jika benih-benih konflik tersebut belum diatasi. Komunikasi dan dialog harus terus dibangun.

Namun yang juga harus diakui peta geopolitik di Azerbaijan sangatlah rumit. Azeri berteman dengan Turki dan Israel. Namun di sisi lain, Turki dan Israel adalah seteru yang kerap kali berseberangan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement