Senin 12 Jul 2021 09:15 WIB

Selamat Jalan Dokter Fauzi, Laskar Jihad Muhammadiyah

OBITUARI Selamat Jalan Dokter Fauzi, “Laskar Jihad Muhammadiyah”

Apel Laskar jihad sebelum membubarkan diri. (ilustrasi).
Foto: Google.com
Apel Laskar jihad sebelum membubarkan diri. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: DR Muhammad Najib Azca, Dosen di Departemen Sosiologi UGM.

Ahad pagi, 11 Juli, kuterima kabar duka itu: dokter Fauzi, putra mantan ketua umum Muhammadiyah KH AR Fachruddin, meninggal dunia. 

Innalillahi wainnailaihi rajiun ….

Dokter spesialis anestesi itu sosok yang unik dan menarik: sehari-hari ia berpenampilan sebagai aktivis salafi, dengan baju gamis dan peci warna putih dengan jenggot menjurai panjang. Jauh dari kesan sebagai putra tokoh legendaris Muhammadiyah yang terkenal karena sikap moderatnya itu, Pak AR. Dan memang meski lahir dan besar di lingkungan Muhammadiyah, ia belakangan aktif di gerakan salafi dan bahkan ikut berjihad bersama "Laskar Jihad" ke Maluku pada saat konflik komunal agama bergelora di sana. 

Bagaimana transformasi personal itu bisa terjadi? 

Fauzi lahir pada 1956 sebagai anak keenam dari tujuh putra-putri Abdul Razak Fachruddin, karib dipanggil Pak AR, ketua umum Muhammadiyah pada 1968-1990. Dia tumbuh di Kauman, Yogyakarta, sebuah kampung yang menjadi basis gerakan Islam Muhammadiyah.

Namun, semasa kuliah di Fakultas Kedokteran UGM, Fauzi justru sempat menjadi aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Kok aneh? Dia mengatakan, itu merupakan sebentuk perlawanan terhadap perilaku "bossy" sejumlah aktivis senior HMI yang dikenalnya.

Menurut dia, dia mewarisi darah pemberontak dari kakeknya, Kiai Fachruddin, seorang ulama Keraton Pakualaman yang menolak bekerja sama dengan Belanda pada masa kolonial. 

Mengaku gemar berkelahi sejak kecil, Fauzi belakangan menjadi aktivis politik dan akhirnya menjadi ketua umum Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 1997 hingga 2003.

Salah satu sikap politiknya yang fenomenal pada masa itu adalah: ia menolak menjadi anggota DPRD; ia berfokus pada tugasnya sebagai ketua partai.

Pada masa kritis menjelang transisi politik tersebut, ia menjadi loyalis dan merupakan salah satu tokoh kepercayaan Dr Amien Rais, ketua umum Muhammadiyah waktu itu, seorang tokoh gerakan reformasi di Indonesia. Pada saat itu, Amien gencar meluncurkan isu urgensi reformasi politik, termasuk menuntut Soeharto turun dari kekuasaan. 

Fauzi berharap besar kepada politik, tetapi kemudian dikecewakannya.

Ketika gerakan reformasi sukses menurunkan Soeharto dari tampuk kekuasaan, ia mendorong Amien Rais tampil sebagai pemimpin Islam melalui partai Islam. Tapi, Amien memilih jalan lain; ia mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN)—sebuah partai sekuler, dalam pandangan Fauzi. Amien Rais yang semula dipandangnya sebagai sosok pahlawan belakangan dilihatnya sebagai "pengkhianat". 

Maka dokter Fauzi pun “berpindah ke lain hati”. Imajinasi politik Islam penuh heroisme yang dimilikinya tertambat pada sosok aktivis muda Islam radikal yang tengah menonjol pada saat itu: Ja’far Umar Thalib (JUT). Seorang aktivis salafi dan alumnus perang jihad Afghanistan yang belakangan mendirikan Laskar Jihad, sayap paramiliter dari Forum Komunikasi Ahlus Sunnah Wal Jamaah (FKAWJ).

Ulasan lebih lengkap dan mendalam Laskar Jihad dan JUT bisa ditemukan pada disertasi yang ditulis oleh Noorhaidi Hasan berjudul “Laskar Jihad: Islam, Militancy, and the Quest for Identity in Post-New Order Indonesia” yang diterbitkan oleh Cornel University Press pada 2006. 

Demikianlah: Fauzi rajin mengikuti pengajian yang dilakukan oleh Ja’far sejak 1998, bahkan mengadakan kajian rutin di rumahnya. Ketika konflik komunal agama meletus di Maluku pada awal Januari 1999 dan Ja’far Umar Thalib mendirikan Laskar Jihad, maka Fauzi termasuk salah seorang penyokong kuatnya, baik secara politik maupun finansial.

Lulus sebagai dokter spesialis anestesi dari UGM sejak 1995, Fauzi tentu berpenghidupan lebih dari cukup. 

Bahkan, akhirnya dokter Fauzi ikut dalam rombongan Laskar Jihad yang berangkat ke Maluku pada tahun akhir 2000. Meski berangkat sebagai anggota tim medis, Fauzi ikut di medan pertempuran yang terjadi di Desa Iha dan Sirisori Islam, Pulau Saparua, Maluku.

Dalam pertempuran, Fauzi sempat terkena tembakan dari musuh yang mengenai pantatnya dan membuat hancur dompetnya. Namun, alhamdulillah, dia selamat dan hanya mengalami luka ringan. 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement